Friday, March 11, 2011

Penjelasan Lengkap Presiden SBY tentang Koalisi

Kamis, 10/03/2011 15:19 WIB
Anwar Khumaini - detikNews

Jakarta - Presiden SBY berbicara tentang isu reshuffle dan koalisi saat membuka rapat kabinet di kantor presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (10/3/2011). Statemen soal reshuffle bisa diklik di sini. Sedangkan statemen lengkap SBY tentang koalisi sbb:

Yang kedua, menyangkut koalisi, saya sedang bekerja untuk menata kembali koalisi yang ada ini. Tentu pekerjaan menyangkut penataan koalisi ini tanpa meninggalkan tugas dan kewajiban saya untuk menjalankan roda pemerintahan.

Ini yang kita jalankan sekarang ini mengatasi masalah dan tugas-tugas lain. Telah dan sedang saya lakukan dengan para pimpinan parpol-parpol yang berkoalisi, ganti-berganti termasuk pihak-pihak lain yang patut saya ajak berkomunikasi meskipun tidak menjadi bagian dari koalisi.

Saya telah melakukan evaluasi selama 1.5 tahun ini tentang koalisi. Saya juga banyak sekali mendapatkan pandangan usulan dan rekomendasi dari berbagai kalangan. Dan saya berkesimpulan koalisi harus dibenahi, harus ditata kembalil.

Pembenahan dan penataan kembali sesungguhnya tidak luar biasa. Kita kembalikan saja pada apa sih hakekat kita berkoalisi bagi parpol-parpol berkoalisi. 9 Juni 1945 Bung Karno yang jadi Presiden pertama kita dalam pidato bersejarah dikenal pidato 1 Juni. Beliau menyitir Ernest ketika mendefinikan what is a nation.

Banyak sekali definisi tentang bangsa. Bung karno menyitir Ernest, bangsa itu tiada lain kehendak, mereka yang punya kehendak bersatu, bersama sama. Jadi hakekat koalisi mereka-mereka yang berkehendak untuk berkoalisi, bersama sama. Kalau sejak awal punya kehendak, maka the spirit, perilaku mencerminkan berkoalisi. Sama saja ayo kita beroposisi, kehendaknya beroposisi. Kita kembalikan ke situ, publik juga melihat apakah the spirit is still alive untuk bersama sama berkoalisi. Apakah semangat dan kehendak itu tetap ada, tetap eksis.

Saya membawa copy dari kesepakatan parpol-parpol yang bergabung dalam koalisi dengan Presiden RI. Sekali lagi sebagai Presiden RI, tentang code of conduct atau tata etika pemerintahan Indonesia 2009, 2011. Karena ini dalam kapasitas saya sebagai presiden maka forum ini tidak perlu kalau saya sampaikan juga dalam posisi saya sebagai presiden yang menandatangani kesepakatan koalisi ini.

Saya hanya ingin mengatakan alinea pertama saja yang penting dan mendasari koalisi, apa yang harus dilakukan jajaran koalisi. Pada hari ini kami Oktober 2009, kami pimpinan parpol x, telah bersepakat utk berkoalisi. Untuk berkoalisi bukan untuk masing-masing, bukan untuk beroposisi dan mendukung penuh suksesnya pemerintahan SBY-Boediono 2009-2014 baik di eksekutif maupun di legislatif. Begitu bunyinya, baik di bidang eksekutif maupun di legislatif.

Kemudian ada 11 butir. Sehingga tugas saya sebenarnya tidak berat untuk pembenahan dan penataan koalisi. Saya hanya ingin kembalikan pada kehendak dulu. Tercermin dalam kebersamaan di antara koalisi dalam bidang eksekutif dan legislatif untuk mendukung penuh suksesnya pemerintahan yang saya pimpin. Apa yang saya kerjakan tidak ada keharusan rampung dalam 1 minggu. Saya menerima banyak sekali desakan-desakan segera-segera.

Ini beda dengan krisis bencana alam, jam itu juga kita melakukan sesuatu. Ini kan kabinet masih ada, politik masih berjalan, kenapa dibikin 1 hari selesai, 2 hari selesai.

Boleh kita jengkel boleh emosional tapi tidak mengambil keputusan pada saat itu. Catatan kecil, dibanding-bandingkan dulu, bisa kok menteri ganti. Biasanya sih bisa tapi saya memilih untuk tidak seperti itu. Ada yang mendengar talkshow, saya juga dengar. Itu era dulu malah presiden sepenuhnya menentukan menteri, tidak perlu dari partai partai bisa sepenuhnya profesional. Konteksnya beda, sekarang demokrasi multi partai dengan meskipun kabinet presidensial. Kabinet presidensial bisa mayoritas tunggal.

Demikian juga di MPR, barangkali amat kuatnya. Dengan demikian bisa saja katakanlah apa yang menjadi keinginan presiden, situasinya berubah. OKI tidak boleh, kalau dulu begini, sekarang harus begini, berbeda-beda. Semua punya tujuan yang sama, pemerintahan efektif.

Saya ingin memberikan pengertian pada kita semua agar realistis kalau memberikan kritik, komentar dan pandangan-pandangan. Karena sekali lagi situasi berbeda, kondisi berbeda.
(nik/nrl)

No comments: