Seri Artikel Majalah Tarbawi-5
Salah satu tujuan dari kepemimpinan dan kekuasaan adalah isti’mar al-ardh, yaitu memakmurkan kehidupan umat manusia. Kepemimpinan yang sukses terletak pada kemampuannya untuk mendayagunakan berbagai sumber daya kekuatan itu. Pernahkah kita menyadari bahwa Nabi Sulaiman as bahkan bahkan memiliki kemampuan untuk mendayagunakan potensi kekuatan bangsa Jin dan hewan untuk mewujudkan tujuan kekuasaannya sebagai raja.
Saya bukan ingin mengajak Anda berfikir agar salah satu syarat calon Presiden adalah mampu menundukkan sumber daya Jin. Tapi ingin menyajikan satu perspektif prinsipil bahwa kepemimpinan dan kekuasaan harus mampu melihat berbagai potensi sumber daya yang ada atau diadakan sebagai energi positif yang mesti dikelola. Bukankah Rasulullah saw pernah memberi isyarat bahwa satu waktu agama Islam ini akan ditolong oleh rajulun fajir? Yaitu orang-orang yang jauh dari standar keimanan dan keshalehan, namun memiliki kekuatan yang bisa didayagunakan.
Salah satu kesalahan berfikir dan bersikap di antara kaum muslimin adalah ketika menakar dan menseleksi unsur-unsur kekuatan yang layak dilibatkan dalam proses istikhlaf menurut ukuran keimanan dan keshalehan. Mereka yang di luar itu lalu diposisikan sebagai lawan yang harus dicurigai atau bahkan dimusuhi. Ini pula yang telah menciptakan polarisasi klasik antara kekuatan politik Islam dan kekuatan politik non-Islam, dengan beragam label ideologi dan aliran politiknya.
Masih menurut mereka, adalah suatu keanehan dan penyimpangan manakala ada kekuatan politik Islam bekerjasama dengan kekuatan-kekuatan politik non-Islam. Ditambah lagi satu obsesi bahwa kekuatan-kekuatan politik Islam harus bersatu di bawah satu bendera saja, untuk kemudian berhadapan vis a vis dengan selainnya. Sejumlah dalil dan tafsir sejarah pun disertakan untuk melanggengkan paham ini.
Saudaraku, perlu kita pahami bahwa kepemimpinan dan kekuasaan adalah wilayah al-mashlahah al-‘ammah, atau domain kepentingan umum. Kepemimpinan menurut Islam adalah untuk kemashlahatan semua manusia yang bernaung di dalam ruang kekuasaan itu, siapapun mereka. Bahkan juga untuk kemashlahatan semua makhluk selain manusia. Coba lihat, bukankah syariat Islam juga mengatur hak-hak bangsa Jin yang tidak boleh kita zhalimi. Misalnya kita dianjurkan Rasulullah untuk tidak memakan tulang, karena itu aset pangan bangsa Jin. Sementara sekarang berkembang menu makanan berduri atau bertulang lunak, sehingga ludes semua hak bangsa Jin itu dimangsa manusia.
Saya minta maaf jika mengambil contoh ektrem dan paradoks, dikarenakan ini adalah perkara penting. Yaitu menyangkut cara pandang yang membentuk perilaku kita dalam kerangka bermasyarakat dan bernegara. Kepemimpinan dan kekuasaan yang bercirikan pendayagunaan berbagai sumber daya kekuatan untuk pencapaian tujuan isti’mar al-ardh ini yang disebut sebagai At-Taskhir. Konsep ini mengacu kepada firman Allah: ”Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentinganmu segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada di bumi, dan menyempurnakan untukmu ni’mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (Luqman: 20).
Ketika Allah menetapkan Takrim (pemuliaan) posisi manusia sebagai Khalifatullah fil-Ardh, maka Allah ikuti dengan Taskhir. Yaitu penyediaan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas kepemimpinan. Secara tabiat, berbagai sumber daya itu bersifat tunduk kepada kekuasaan untuk dikelola menjadi energi positif. Dan secara tabiat pula, kepemimpinan manusia mampu menundukkan mereka.
Dari konsep dan prinsip Taskhir, maka pahamlah kita praktek kepemimpinan dan kekuasaan yang dijalankan oleh Rasulullah saw. Bagaimana beliau mendayagunakan posisi terhormat nasabnya untuk bernegosiasi dengan a-immatul-kufr (pemimpin-pemimpin kekufuran) Makkah. Bagaimana beliau membangun komunikasi dan aliansi dengan Raja Habasyah untuk keperluan suaka politik sebagian sahabatnya. Bagaimana beliau gunakan tangan-tangan sebagian tokoh musyrikin Makkah untuk mencabut embargo dan blokade terhadap komunitas kaum muslimin yang sudah berlangsung selama tiga tahun. Bagaimana beliau menyewa secara profesional Abdullah Uraiqith – seorang musyrik – sebagai pemandu jalan saat hijrah ke Madinah.
Juga bagaimana beliau merekrut tokoh-tokoh simpul dari kelompok-kelompok besar masyarakat Madinah, dan memuliakan posisi mereka. Bagaimana beliau membiarkan keberadaan tokoh-tokoh munafik Madinah, namun membatasi ruang-geraknya. Bagaimana beliau mengakomodir kepentingan kelompok-kelompok Yahudi dalam Piagam Madinah, dan mengikat mereka dengan klausul hukum yang tegas. Bagaimana beliau menolak kehadiran Abu Jundul dan pengikutnya untuk masuk Madinah, dan bersikap diam atas berbagai operasi yang mereka lakukan terhadap kafilah-kafilah dagang Quraisy Makkah.
Juga bagaimana Rasulullah membuka luas arus perdagangan antar negara di Madinah. Bagaimana beliau menugaskan beberapa sahabat untuk mempelajari bahasa dan budaya Yahudi dan Nasrani. Bagaimana beliau mengadopsi banyak tradisi dan teknologi negara atau bangsa lain untuk kemashlahatan ummat. Termasuk dalam hal Rasulullah saw menikahi Shafiyyah, seorang putri tokoh sentral Yahudi yang ditaklukkan dalam peperangan.
Ikhwah fillah, konsep Taskhir tentu saja berdimensi sangat luas. Pastinya ia melekat pada konsep kepemimpinan dan kekuasaan. Ia menyangkut penundukkan dan pendayagunaan berbagai sumber daya alam untuk kemakmuran. Menyangkut penundukkan dan pendayagunaan sumber daya manusia – dengan aneka keragamannya – untuk mewujudkan masyarakat hadhari atau berperadaban. Juga menyangkut penundukkan dan pendayagunakan berbagai potensi kekuatan buruk atau destruktif menjadi unsur kekuatan yang positif atau minimal netral.
Memimpin dunia berarti meletakkan semua komponennya di bawah kendali kita. Seorang pemimpin akan memandang semua yang ada di sekelilingnya sebagai sumber daya potensial yang harus dikelola dan ditundukkan. Siapapun, apapun dan bagaimanapun adanya. Seorang pemimpin tidak akan mudah melakukan fragmentasi atau pengkotak-kotakan, lalu melakukan sikap baro’ah atau garis demarkasi terhadap kotak-kotak yang berbeda dengan dirinya. Secara aqidah dan ibadah memang harus dan mudah untuk membeda-bedakan manusia. Namun sekali lagi, kepemimpinan dan kekuasaan adalah wilayah al-mashlahah al-’ammah.
Nah saudaraku, mari kita lihat kembali Indonesia – negeri kita yang besar ini. Semangat kita pastilah ingin memimpin negeri ini. Mari lihat dengan cermat; begitu beragamnya penduduk negeri ini – dari suku, bahasa, agama, budaya dan aneka ikatan primordial lainnya. Bahkan keberagaman itu terlihat jelas di umat Islam sebagai komponen mayoritas penduduknya. Perbedaan aliran fiqh, ormas atau kelompok, tingkat pemahaman dan komitmen terhadap syari’at, hingga perbedaan cara memperjuangkan aspirasinya. Indonesia begitu melimpah ruah sumber daya alam dan ekonominya. Namun lihatlah sebagian besar didominasi oleh aktor-aktor bisnis non-muslim, bahkan asing. Lihat juga tentara sebagai garda depan pertahanan negara. Untuk waktu lama mereka didoktrin bahwa Islam adalah ancaman terhadap (kekuasaan) negara. Lalu lihat juga begitu banyaknya para pegiat sosial, budaya, hukum dan politik yang ingin mendorong demokratisasi di berbagai bidang, namun memiliki referensi ideologi aneka warna.
Kenyataan lainnya, bangsa ini makin terpuruk dalam lubang kemiskinan. Menurunnya daya beli masyarakat, meningkatnya angka pengangguran, tingkat inflasi yang makin membumbung, angka putus sekolah masih tinggi, kriminalitas masih merajalela, korupsi tak pernah berhenti, budaya bebas dan semau gue jadi tren generasi muda, patriotisme dan semangat kebangsaan makin tipis, dan mengagungkan budaya barat jadi simbol kemajuan.
Negeri ini butuh kepemimpinan yang baik. Barisan dakwah memiliki modal paling pokok untuk memimpin. Yaitu manusia-manusia yang sadar akan posisinya sebagai khalifatullah dan sadar akan statusnya sebagai ‘abdullah (hamba Allah) yang harus beriman dan beramal shaleh. Istikhlaf (proses menuju kepemimpinan) tidak cukup hanya dengan seruan atau teriakan. Tapi juga pada sejauh mana kita mampu mengkapitalisasi berbagai sumber daya kekuatan untuk dihimpun menjadi energi positif untuk tujuan mulia. Di sinilah sifat inklusif Islam memberi jalan bagi tathbiq ru’yah at-taskhir, atau implementasi pandangan taskhir sebagai syarat mulusnya proses istikhlaf. Wallahu a’laam bish-showaab.
35 comments:
Ust, ana ingin menanyakan kembali kenapa antum tidak bisa hadir pada acara dialog dengan forum kader peduli?
Bagaimana mekanisme tabayyun bisa berjalan?
Bagaimana rakyat biasa mau tabayyun, kalau untuk kader saja antum tidak mau bertemu?
Qiyadah bobrok! Dimana idealisme kalian? Kalian sekarang bermewah-mewahan dengan keringat kader yang ikhlash, sementara kalian malah bermehan-mewahan dengan mobil mewah, rumah mewah, tambah istri! Ternyata kalian lebih rusak dari politisi busuk yang pernah ada karena kalian tahu agama tapi sama saja, dimana nurani kalian hai qiyadah?!
Sebenarnya kita sudah menyiapkan forum klarifikasi yang awalnya di ruang FPKS, namun akhirnya dibatalkan karena ada pihak-pihak tertentu yang ingin ditempat lain yg katanya lebih netral dan rencananya akan diliput dengan liputan umum dan diblowup media. kami tidak setuju dengan cara-cara seperti itu. dan kami sudah memberikan klarifikasi di website fraksi. dan kami melihat ada upaya-upaya tertentu yang ingin merusak ukhuwah diantara kita. untuk acara forum kader peduli kami tidak mendapat undangan scr khusus, dan untuk tabayun silahkan datang baik-baik ke fraksi.
Jazakallah atas jawabannya. Menurut hemat ana, karena itu menyangkut mega skandal yang luar biasa besar, maka alangkah baiknya dialog tsb tetap bisa dilakukan. Perbedaan pendapat insya Allah tidak akan merusak ukhuwah. Justru dengan dialog, ukhuwah itu bisa lebih terjaga. Masalah blow-up media, apakah antum tidak sadar bahwa penolakan FPKS terhadap angket juga sudah diblow-up media?
Gampangnya, FPKS punya pendapat, kader yang lain termasuk akh marwan juga punya pendapat. Ya didiskusikanlah. Konsideran yang FPKS pakai untuk menolak hak angket BLBI itu tidak jelas.
Sudah jelas bahwa perlu terobosan politik, karena hukum sudah macet (lihat saja kasus Artalyta). Nah, hak angket ini kan sebuah terobosan politik, kok ndak didukung. Klo persoalan bahwa niat fraksi lain berbeda, ya akhi, kita tidak bisa menghakimi niat! Allah swt saja yang bisa melihat jelas.
Sedangkan masalah lintas pemerintahan, itu juga ga masalah. Toh pemerintah yang lalu (Soeharto, Habibie, Gusdur, Megawati) bisa tetap dipanggil untuk diadili seperti untuk kasus BBM yang FPKS alhamdulillah menyetujuinya.
Afwan aja, kalau antum tidak mau terbuka dengan konstituen lalu apa bedanya antum dengan aleg partai lain yang krasak-krusuk ga jelas dan cuma mendekati konstituen cuma urusan pemilu doang? Antum pejabat publik akh! Contohlah Umar r.a yang mau menjawab pertanyaan, walaupun itu cuma urusan baju yang melekat dibadannya.
Terima kasih sudah menjawab. Mudah2an blog antum bisa jadi lebih interaktif lagi. Ana doakan mudah2an antum dan kita semuanya bisa istiqomah di jalan Allah. Btw, mohon sampaikan agak caleg untuk 2009 ditampilkan di website PKS. Wassalaam
Undangan Dialog Terbuka Yang Ditolak FPKS
Siapapun (dengan catatan masih memiliki nurani) juga akan terusik dengan mega skandal BLBI ini. Karena dana yang diselewengkan, uang negara yang menguap begitu saja, tidak tanggung-tanggung besarnya. Kalau kebodohan ini tidak terjadi, sangat boleh jadi harga BBM bisa ditunda kenaikannya sampai daya beli masyarakat meningkat karena APBN masih mampu memberikan subsidi. Dana yang mestinya dipergunakan untuk membayar bunga OR itu bisa dialokasikan untuk subsidi kesehatan dan pendidikan nasional, atau memperkuat postur pertahanan nasional yang belakangan direpotkan oleh tuanya alutsista.
Ada dua jalan untuk mengungkap kasus ini, yaitu hukum dan politik. Pengungkapan lewat jalur hukum sudah mulai terbukti carut marutnya di pengadilan, jika kita mengikuti kasus suap jaksa Urip Tri Gunawan oleh Artalyta Suryani. Dari rekaman pembicaraan telepon yang disadap oleh KPK, sangat patut diduga kuat bahwa penghentian penyelidikan kasus BLBI II (Sjamsul Nursalim) -yang oleh Jampidsus (waktu itu) Kemas Yahya Rahman “tidak menemukan tindak pidana korupsi”-, cacat hukum, sehingga muncul berbagai tuntutan agar kasus ini dibuka kembali atau diambil alih oleh KPK.
Pengungkapan lewat jalur politik bisa dilakukan oleh DPR. DPR memiliki beberapa hak konstitusional yang diberikan oleh UUD 45, di antaranya tercantum dalam pasal 20A, sbb: Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Hak interpelasi adalah hak untuk bertanya, mengajukan pertanyaan secara resmi kepada pemerintah dan berhak untuk mendapatkan jawabannya. Hanya dalam prakteknya, hak ini “tidak punya gigi”, dalam arti jawaban apapun yang datang dari pemerintah adalah final, tidak bisa diambil tindakan apapun atas hal itu. Jawaban pemerintah atas berbagai interpelasi yang diajukan oleh DPR menunjukkan hal tersebut, bahkan keinginan DPR agar yang menyampaikan jawaban adalah presiden langsung juga sering kali tidak direspon oleh pemerintah. Dalam kasus ini, jawaban interpelasi kasus BLBI oleh pemerintah juga sudah dianggap final, press releasenya bisa dibaca di situ Depkeu RI.
Sementara hak angket adalah hak untuk melakukan investigasi, yang jauh lebih powerfull sehingga bisa dibentuk pansus atau panja yang khusus melakukan investigasi masalah ini. Dari sini DPR bisa melakukan berbagai tindakan yang lebih “bergigi”. Kita masih ingat dulu pemakzulan presiden Abdurrahman Wahid berawal dari angket kasus Bulog. Tentu saja dalam hal ini, kita tidak menghendaki terjadinya pergantian kekuasaan pemerintahan di luar siklus 5 tahunannya, karena ongkos sosialnya sangat besar. Tapi paling tidak kita bisa mengetahui ada apa sebetulnya yang terjadi dengan penyelesaian BLBI ini, jika saja DPR mau menggunakan hak angketnya.
Apalagi memang masalah BLBI ini tidak berdiri sendiri hanya di masa presiden SBY, tapi mulai sejak era Soeharto, BJ Habibie, Gusdur dan Megawati. Tapi kalau kita pikir secara sederhana saja, uang negara menguap ratusan trilyun di tengah kondisi masyarakat yang sedang susah, sebetulnya sudah lebih dari cukup bagi FPKS untuk melakukan penyelidikan. Itu kalau dipikir secara sederhana, kalau mau berpikir lebih detil lagi bisa menelaah data-data dari tulisan ust Syamsul Balda yang sangat mengetahui masalah ini karena dulu juga berjuang di komisi IX DPR, bersama dengan Kwik Kian Gie, atau mengetahui rincian masalahnya dari buku yang disusun oleh Marwan Batubara, anggota DPD RI yang notabete juga kader senior PKS.
Katakanlah pandangan SB, KKB atau MB tersebut adalah pandangan satu sisi mereka, sementara mungkin pemerintah punya pandangan lain, justru ini bisa menjadi alasan yang lebih kuat untuk FPKS untuk melakukan investigasi. Agar mafhum dengan seluk beluk permasalahannya, dan syukur-syukur kalau bisa mengungkap kasus ini habis-habisan dan menggunakannya sebagai awal langkah politik yang lebih berani, misalnya mendesak pemerintah menasionalisasi aset-aset konglomerat brengsek tersebut.
Sekarang obligor kakap itu enak sekali, kalau mereka mengembalikan aset maka mereka tidak akan dikenai pidana atas apa yang telah mereka lakukan dalam merusak ekonomi negeri ini, seperti pelanggaran batas maksimum pemberian kredit (BMPK) kepada grup mereka sendiri.
Jadi kalau saya punya duit sedikit untuk modal bikin bank, lalu saya buka bank, kemudian bank tersebut mulai menerima tabungan dan deposito masyarakat, kemudian uang tersebut saya gunakan bukan untuk melakukan fungsi intermediasi perbankan seperti penyaluran kredit UKM, tapi saya salurkan untuk grup saya sendiri melebihi batas BMPK dari BI, dan anehnya tindak pidana ini dibiarkan oleh BI. Ketika grup saya kolaps karena salah urus atau alasan apapun, saya tidak bisa mengembalikan uang ke bank saya sendiri, lalu karena nasabah berteriak minta uangnya dikembalikan, BI dan pemerintah mengucurkan dana talangan BLBI buat bank saya. Karena saya tidak punya uang mengembalikan BLBI, lalu aset dan bank saya disita pemerintah. Karena pada dasarnya aset dan bank itu tidak saya kelola sungguh-sungguh, tapi uangnya saya korupsi, sehingga ketika dijual oleh pemerintah hanya menghasilkan 20% dari dana talangan pemerintah. Ketika aparat pemerintah mengejar-ngejar saya, saya merekayasa agar kalau saya kembalikan duit, maka pemerintah jangan kejar saya lagi. Kemudian ketika pemerintah melelang aset saya yang hanya senilai 20% itu, saya beli lagi dengan uang nasabah yang sudah saya korupsi dan saya putar.
Ilustrasi paragraf di atas baru satu contoh pelanggaran ‘kecil’ dari kasus ini. Bandingkan dengan kalau Anda misalnya maling susu di supermarket, ketika tertangkap meskipun Anda berteriak bahwa susunya Anda kembalikan, tapi tetap Anda diproses pidana.
Dari dua ilustrasi ‘banker’ dan ‘maling susu’ ini saja sudah sangat-sangat tidak adil. Sudah lebih dari cukup alasan buat FPKS untuk bertindak lebih tegas. Tapi FPKS tidak melakukannya, dan dari sikap/pidato yang dibacakan oleh Andi Rahmat, sama sekali tidak ada alasan yang kuat yang bisa mematahkan sebab-sebab yang dibahas di tulisan ini.
Ada apa FPKS? Masih takutkah Anda-Anda semua kepada Allah? Tidakkah Anda ingat satu hadits shahih “…Orang-orang sebelum kamu telah binasa disebabkan bila seorang bangsawan mencuri dibiarkan (tanpa hukuman), tetapi jika yang mencuri seorang awam (lemah) maka dia ditindak dengan hukuman. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Apabila Fatimah binti Muhammad mencuri maka aku pun akan memotong tangannya.” (HR Bukhari)??
Mengapa Anda biarkan ketidakadilan ini merajalela di saat Anda sebetulnya punya kekuasaan untuk tidak membiarkan itu?
Sikap FPKS ini semakin aneh ketika mereka sama sekali tidak mau menjelaskan lebih lanjut. Sebelumnya terjadi “perang SMS” yang sebagian mampir di handphone saya. Di antaranya:
Dari Mahfudz Sidik, ketua FPKS: penjelasan sikap FPKS soal angket BLBI,
1) FPKS sebelumnya mendukung interpelasi BLBI dan menerima jawaban/keterangan pemerintah tentang klasifikasi status obligor, skenario penanganan hukum pidana/perdata dan tenggat waktu penyelesaian di akhir 2008. 2) jika menerima, maka tugas berikutnya mengawal/mengontrol realisasi penyelesaian. Sikap ini ditanggapi positif lingkungan bisnis/usaha yang butuh kepastian. 3) Sejumlah anggota ajukan angket BLBI. 4) FPKS konsisten dengan sikap terhadap interpelasi sehingga tidak ada alasan mendukung angket. FPKS usulkan perkuat peran pengawasan/kontrol DPR terhadap skenario penyelesaian. 5) FPPP, FPAN, FPDS, FPBR dukung angket sebatas retorika - sementara mereka setuju tim pengawas dan ikut terlibat dalam tim itu - Mahfuz Sidik ka FPKS.
Sikap ka FPKS ini betul-betul ajaib dan melecehkan akal sehat. Kalau FPKS menerima jawaban pemerintah tentang klasifikasi status obligor dan skenario penanganan hukum (pada saat menerima jawaban interpelasi dari pemerintah), maka berdasarkan perkembangan hukum baru-baru ini seharusnya klasifikasi itu sudah tidak bisa digunakan lagi. Contohnya kasus BLBI II (Sjamsul Nursalim) yang dinyatakan oleh kejagung sebelumnya tanpa indikasi tindak pidana, ternyata di dalam persidangan Artalyta sangat kuat patut diduga bahwa penutupan kasus BLBI II tidaklah fair. Sehingga mestinya klasifikasi status obligor dan skenario penanganan hukum itu sudah tidak bisa diterima lagi, atau paling tidak sepatutnya dipertanyakan.
Bisnis memang butuh kepastian hukum, justru itu harus diungkap agar ada kepastian hukum antara yang melanggar dan tidak melanggar. Pelanggaran BMPK misalnya, tanpa pernah ada sanksi pidana, adalah salah satu bentuk ketidakpastian hukum kalau tidak diungkap. Yang akan merasa gerah kalau kasus ini diungkap hanya konglomerat hitam yang menikmati uang yang seharusnya untuk rakyat itu.
Lagipula apapun sikap fraksi partai lain, itu bukan urusan FPKS. Ngapain juga menanggapi apapun sikap mereka? Yang penting FPKS amanah atau tidak untuk menegakkan keadilan dengan power yang mereka miliki?
Ada sms lain yang diforward ke saya, juga dari anggota FPKS sbb:
“Hasil konsultasi pimpinan fraksi dengan MA (muraqib amm)… angket BLBI/KLBI FPKS merespon dengan cara mengawal penyelesaian kasus ini oleh pemerintah melalui panja gabungan komisi 3 dan 11. Harap diketahui dan menjadi keputusan fraksi.”
Well, kalau melihat dari sini, rupa-rupanya keputusan FPKS itu bukanlah keputusan fraksi, tapi manut dan turut pada kemauan muraqib amm. Kalau mau dibilang bahwa keputusan PKS itu adalah hasil syuro, nampaknya yang satu ini sama sekali bukan.
Kalau hanya mengawal kerja pemerintah, itu sudah salah satu tugas DPR sebagai penyeimbang kekuasaan, dan karena yang bekerja adalah pemerintah, maka DPR tinggal tunggu hasil saja. Tanpa power untuk melakukan investigasi yang melekat pada hak angket, paling-paling nanti debat dalam rapat dengar pendapat.
Sehingga wajar kalau keputusan FPKS ini dipertanyakan oleh sebagian kader-kadernya sendiri. Kader-kader yang terusik nuraninya itu meminta FPKS untuk dialog terbuka yang dihadiri sekitar 150 kader PKS seJabodetabek.
Undangan dialog itu mula-mula diajukan oleh forum ikhwah (FI) pada hari Senin tanggal 16 Juni 2008 kepada FPKS. Waktu yang ditetapkan untuk dialog adalah Jumat tanggal 20 Juni 2008, jam 14 s.d. 17. FI sudah mem-booking tempat di Graha Wisata Kuningan, Jakarta, agar bisa menampung banyak peserta. FPKS tetap menghendaki agar dialog dilakukan di FPKS. Akhirnya dicoba dicari jalan tengah agar dialog berlangsung di ruang rapat DPD.
Pada hari Kamis tgl 19 Juni 2008, FI mengkonfirmasi kepada ka FPKS. Ka FPKS ternyata protes mengapa Marwan Batubara ikut dalam dialog, karena janjinya semula hanya ikhwah saja.
FI bingung dan membalas, bukankah Marwan Batubara (MB) juga ikhwah PKS?
Ka FPKS beralasan bahwa MB juga sudah sering diundang meeting oleh FPKS untuk membahasa masalah ini, so tidak perlu lagi.
FI mengkonfirmasi ke MB, ternyata MB sama sekali belum pernah diajak bicara oleh FPKS untuk membahas masalah ini.
FPKS kemudian melakukan rapim, dan memutuskan untuk tidak menghadiri dialog tersebut karena kendala teknis. Sehingga kemudian saya menerima SMS sbb:
Assalamualaykum ikhwah fillah, rencana dialog kebijakan FPKS mengenai kasus BLBI antara fraksi PKS dengan forum kader peduli, ditunda oleh FPKS sampai waktu yang tidak ditentukan. Tapi forum kader peduli insyaAllah tetap akan mengadakan acara dengan pembicara akh Marwan Batubara (anggota DPD RI) dan diharapkan ada wakil dari FPKS yang hadir.
Singkatnya FI memutuskan untuk tetap menjalankan acara tersebut, alhamdulillah dihadiri oleh 150-an kader ikwan dan akhwat seJabodetabek, termasuk 12 staf fraksi yang menyatakan bahwa mereka hadir atas inisiatif sendiri.
Aneh bukan? mengapa FPKS tidak mau dialog menjelaskan kepada kader-kadernya sendiri? Padahal itu adalah pertemuan tertutup dalam arti tidak diliput oleh pers. Bukankah ini justru kesempatan baik untuk menjelaskan kepada ikhwah kadernya sendiri mengenai sebuah kebijakan yang sangat-sangat penting? Justru ini kesempatan untuk menjelaskan berbagai kata-kata abstrak/bercabang yang ada di dalam pidato akh Andi Rahmat dalam membacakan sikap FPKS, seperti:
Fraksi kami memandang konsideran yang mendasari penggunaan hak angket tersebut sangat kabur sebab tidak meyertakan landasan-landasan hukum dan preseden yang memiliki hubungan langsung dengan penggunaan hak angket. Sehingga, tujuan-tujuan yang hendak diungkapkan menjadi tidak jelas.
Padahal tujuannya jelas sekali, mengungkapkan mega skandal yang sudah merugikan negara ratusan trilyun rupiah. So, mengapa FPKS tidak mau menjelaskan kepada kader-kadernya sendiri?
Wahai ustadz-ustadz /akh di FPKS, takutlah kepada Allah.
Saya pikir PKS butuh secara khusus membuat tim untuk mengimbangi fitnah-fitnah gak jelas dari ruang komentar dan forum-forum semacam forum detik.
Bang Mahfudz,
Di halaman blog sendiri saja antum enggan konfirmasi agar kita dapat mudah Tabayyun.
Apatah lagi mau diundang oleh Forum Kader Peduli?.
Setahu saya diantara point yang dituntut oleh FKP adalah:
1. Audit kekayaan Qiyadah (yang dulunya bukan apa-apa tapi sekarang punya apa-apa yang mewah2).
2. Agar Qiyadah bisa bergaya hidup sederhana.
3. Kembali Ke Assholah Dakwah
Kalo dari Qiyadah mau terbuka, saya rasa tidak akan ada fitnah. dan tidak perlu ada tim khusus spt yang diusulkan ardee said..
Terimakasih.
Regards,
Tetangga antum di Mampang dulu.
Omong besar pidato ke mana-mana tentang rekonsiliasi nasional, tapi dengan kader-kadernya sendiri, yang bahkan lebih senior ketimbang sang sekjen, tidak ada rekonsiliasi. Omong besar pidato ke mana-mana tentang menikmati demokrasi, tapi nasehat dengan sandaran Quran dan sunnah dari kader-kadernya sendiri alergi. Omong besar tentang mengelola ketidaksetujuan terhadap hasil syuro tapi usulan/masukan untuk dibahas dalam syuro saja tidak diterima (apatah lagi dibahas). Omong besar tentang kematangan tarbawi untuk menerima perbedaan, tapi perbedaan dengan saudara sendiri disikapi dengan sikap reaktif frontal (larangan bermajelis ke masjid al Hikmah, larangan mendekati para ustadz FKP, dst). Bicara ke mana-mana tentang Soeharto sebagai ustadziatul ummah (guru bangsa) dengan segala kekurangan yang harus diterima, tapi melarang kader-kadernya sendiri untuk mendekat kepada ustadz-ustadz jamaah ini sendiri. Jadi memang lebih tepat dimaknai sebagai omong besar.
Masya Allah. Miris juga membaca komentar antum semua. Tapi memang dunianya sudah lain. Orang boleh ngomong apa saja. Ada yang beretika, ada yang asal saja. Masing-masing kita bisa menilai siapa penulisnya.
Tabayyun. Alhamdulillah kita menggunakan istilah al-Qur'an. Kalau kita baca surat Al-Hujurat secara utuh di mana ada istilah tabayyun itu (ayat 6), maka kita akan dapati suatu sistem sosial yang tertata dengan adab yang sangat sempurna. Ada Arab Baduwi yang tak punya etika memanggil-manggil Rasul SAW seperti memanggil temannya sendiri. Ini diluruskan oleh Allah. Bahkan perilaku ini bisa menghapuskan amal. Ada tabayyun terhadap berita dari orang yang tidak jelas (fasiq) tentang penyerangan terhadap kaum Muslimin. Kalau tidak tabayyun, terjadilah musibah besar. Ada hakikat iman dan kafir. Ada perang antar-mukminin. Ada ukhuwwah. Ada masalah saling membanggakan diri. Ada masalah saling membenci, zhonn, ghibah, dll.
Jadi itu semua terangkum dalam surat tentang adab sosial. Ada qiyadah dan ada jundiyah. Masing-masing punya adabnya. Jundi tidak mendahului qiyadah.
Semoga kita termasuk yang "menjaga Allah" sehingga "Allah menjagamu".
Kepada Ustadz Mahfud Siddiq (semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada antum), bersabarlah dan tingkatkan kesabaran menghadapi segala ujian ini. Semoga makin matang. Kelak kita akan merasakan bahwa semua ini baik buat diri kita. Majulah terus bibismillah....
Oleh Al Habib Ustadz Nabiel Fuad Al-Musawa
"MEREKA MERASA BERJASA DENGAN KEISLAMAN MEREKA, KATAKANLAH : JANGANLAH
KALIAN MERASA BERJASA DENGAN KEISLAMAN KALIAN, KARENA ALLAH-LAH YANG TELAH
BERJASA KEPADA KALIAN KARENA TELAH MENUNJUKKAN KALIAN KEPADA JALAN-JALAN
KEIMANAN JIKA KALIAN ADALAH ORANG-ORANG YANG BENAR." (QS Al-Hujurat, 49:17)
PKS sebagai Partai Kader memang tidak sama dengan partai-partai lainnya,
orang yang bisa dipromosikan menjadi pengurus pada strata-strata tertentu
haruslah telah melewati masa-masa pengkaderan selama masa bertahun-tahun dan
telah mencapai kriteria kelulusan pada setiap level tersebut dengan sangat
rinci dan belum mampu ditandingi oleh sistem organisasi manapun.
Oleh karena itu para pengamat dari luar ataupun para "aktifis karbitan" yang
bisanya berteriak-teriak dari luar dan "merasa paling berjasa" kepada partai
ini tentunya tidak mampu membayangkan bagaimana sulitnya masa-masa
pengkaderan yang telah dibangun oleh para pendiri harokah dakwah ini selama
masa lebih dari 20 tahun dari rumah ke rumah dan dari satu tempat kost ke
tempat kost lain.
Para "aktifis karbitan" yang merasa telah "ikut berjuang" untuk partai itu
juga tidak pernah tahu berapa kader-kader generasi pertama yang sampai
drop-out dari kuliahnya karena tugas-tugas dakwah, berapa kader-kader yang
terpaksa berjalan puluhan kilometer atau harus keluar masuk hutan di
pulau-pulau di Nusantara ini demi membuka lahan dakwah baru, berapa kader
yang setiap malam terkulai kepala-kepala mereka di meja kerjanya karena
lelah membahas dan memikirkan maslahat untuk ummatnya, dan berapa pula kader
yang telah menghabiskan semua miliknya yang paling berharga demi membangun
fondasi harokah ini.
Para kader generasi awal tersebut bukanlah orang yang hidup berkecukupan,
namun tidak pernah kemudian mereka mempertanyakan kenapa harus berjuang
habis-habisan seperti itu? Atau apa yang akan didapat dari perjuangan ini
nantinya? Atau kami sudah berjuang sehingga partai ini besar maka sekarang
giliran partai dong yang memperhatikan dan membesarkan kami? Atau meragukan
para qiyadahnya, jangan-jangan mereka telah keluar dari khittah dakwah ini
setelah berkuasa?
Suka dan duka yang telah bersama-sama ditempuh dalam perjuangan dakwah;
airmata yang telah ditumpahkan pada sujud-sujud yang khusyu' di akhir-akhir
malam mendoakan kemenangan ummat ini dengan tulus; uang, harta-benda,
fikiran dan perasaan dan entah sudah tidak terhitung lagi apa yang dimiliki
yang telah dengan segala ketulusan diberikan bahkan jiwapun jika diminta
pastilah akan diberikan demi tegaknya ummat ini; semua catatan perjalanan,
kesan dan waktu yang telah dilewati bersama itu tentunya tidak akan pernah
bisa difahami oleh kader-kader yang belum memahami apa arti sebuah
perjuangan dakwah di dalam Islam dan apa arti sebuah keikhlasan sehingga
mampu mengangkat sebuah peradaban dari ummat yang sudah seperti buih yang
terbawa banjir.
"DAN DIANTARA ORANG-ORANG BERIMAN ITU ADA RIJAL YANG MENEPATI JANJINYA
KEPADA ALLAH, DIANTARA MEREKA ADA YANG TELAH WAFAT DAN DIANTARA MEREKA ADA
PULA YANG MASIH MENUNGGU-NUNGGU (SAAT PERJUMPAAN DENGAN RABB-NYA), NAMUN
MEREKA SEDIKITPUN TIDAK PERNAH MENGUBAH JANJINYA." (QS Al-Ahzab, 33:23)
Lalu permasalahannya apakah ke-tsiqahan kita kepada qiyadah dakwah ini
berarti kita tidak boleh bertanya atau memberikan kritik? Apakah ketaatan
kepada para leader partai ini membuat kita menjadikan kita hanya bisa manut
tanpa reserve? Tentunya akal yang sehat akan menjawabnya tidak demikian.
Bagaimana mungkin sebuah gerakan dakwah yang telah mampu membangun sebuah
sistem yang demikian sempurna, sehingga outputnyapun telah terlihat dengan
jelas
kemana-mana sebagai generasi muda Islam yang unik, intelektual, militan
namun santun dan moderat dan telah pula menjadi perhatian secara nasional
dan internasional akan berlaku demikian?!
Permasalahannya adalah ketidakfahaman dikalangan sebagian besar kader di
tingkat grassroot tentang berapa besar tantangan untuk sebuah perjuangan di
pentas politik? Seberapa besar kekuatan-kekuatan yang bermain dan mampu
"memutih" atau "menghitamkan" seseorang atau sekelompok orang? Seberapa jauh
poros-poros yang berbeda bisa menjadi bersatu ketika melihat sebuah musuh
bersama (Islam)? Seberapa besar dana yg dialirkan baik skala nasional maupun
skala global untuk memporakporandakan soliditas kader serta melumatkan sama
sekali kekuatan-kekuatan yang dapat "mengganggu" kepentingan bersama mereka
yang telah terbangun selama puluhan tahun?
Materi-materi tentang Ghazwul Fikri, Ma'na Jahiliyah, Qadhiyyatul Ummah,
Marahilu Dakwah, dll sebenarnya sudah dipersiapkan oleh harakah untuk
menjelaskan fenomena ini dikalangan kader dakwah sehingga jika masanya hal
itu tiba diharapkan kader dapat memiliki manna'ah (imunitas) untuk menangkal
hebatnya makar yang akan terjadi pada gerakan dakwah ini, namun memang
tataran konsep akan sangat jauh berbeda dengan jika hal tersebut sudah ada
di depan mata, apalagi jika hal tersebut menimpa pada generasi kader yang
tidak sempat berinteraksi secara mendalam dengan tarbiyyah.
"DAN SESUNGGUHNYA MEREKA TELAH MEMBUAT MAKAR YANG AMAT BESAR, DAN DISISI
ALLAH-LAH BALASAN MAKAR MEREKA ITU, DAN SESUNGGUHNYA MAKAR MEREKA ITU DAPAT
MELENYAPKAN GUNUNG-GUNUNG KARENA AMAT BESARNYA." (QS Ibrahim, 14:46)
Hendaknya seorang kader yang ingin mengetahui bagaimana konspirasi hebat
yang ingin melumatkan dakwah ini menemui dan bertanya pada anggota
legislatif PKS di tingkat terendah kabupaten/kota/ kotamadya) , cobalah minta
waktu kunjungan pada mereka, kumpulkan masyarakat lalu minta agar dikunjungi
oleh aleg PKS di wilayahnya tersebut karena hal itu adalah hak masyarakat
terhadap aleg di daerahnya, tanyakan apa yang sudah diperbuat oleh kader
tersebut dan bagaimana konspirasi yang menimpa mereka di DPRD tersebut. Lalu
bayangkan oleh antum, kalau di tingkat itu saja demikian hebat rekayasa para
aleg lain dan kekuatan PEMDA dsb bermain dalam ber-KKN, lalu husnuzhan-lah
di tingkat DPR-RI tentunya akan lebih dahsyat dan lebih kejam lagi kekuatan
yg bermain.
Dan hendaklah para kader memahami bahwa dalam dunia politik informasi itu
berubah dalam hitungan jam bahkan menit, sehingga jangankan antum yang di
bawah, para qiyadah yang paling ataspun seringkali ketinggalan informasi,
bukan karena tidak dibuat mekanismenya namun bagaimana sempat bekerja kalau
setiap jam atau menit harus membuat laporan ke para kader di bawah. Demikian
pula perkembangan informasi itupun seringkali bertolak-belakang, info yang
masuk dan diputuskan pada pagi hari maka di siang hari partai harus membuat
kebijakan yang sebaliknya, sorenya mungkin berubah lagi. Belum lagi tidak
semua info bisa disampaikan secara tertulis karena akan memiliki
delik-yuridis walaupun peristiwa tersebut kelihatan di depan mata kepala
sendiri.
Lalu kenapa tidak diekspos di media? Inipun perlu pembahasan tersendiri,
tidak semua media mau memuat dari PKS, cobalah antum ke Aceh lalu antum
saksikan sendiri ribuan kader kita yg berjuang disana, apakah ada media yg
meliput? Tidak, karena itu hanya akan membesarkan PKS 2009 nanti. Tentang
BBM?! Yang pertama kali menyuarakan sikap adalah PKS (coba antum lihat
tulisan mas Untung/Ketua Fraksi PKS di majalah SAKSI beberapa terbitan yang
lalu), lalu kemudian menjadi suara Komisi-VIII DPR. Kasus mas Irwan Prayitno
juga sebenarnya sudah basi, DPW PKS Sumbar sudah lama membuat klarifikasi
namun ketika mas Irwan dicalonkan sebagai Cagub baru ICW mengeksposnya.
Tahukah antum bahwa dalam PILKADA saat ini di puluhan daerah (Tk I dan Tk
II) kita sudah mampu mengusung para kader-kader kita untuk bertarung dengan
partai GOLKAR dengan peluang kemenangan yang signifikan?
Mari kita semua ber-istighfar atas kelalaian kita selama ini (terutama para
kader yang memposisikan diri sebagai the-outsider, banyak omong tanpa hasil)
sementara para kader lainnya disibukkan untuk terus membangun jaringan demi
memenangkan dakwah ini. Sampaikanlah kritik dan pertanyaan dengan santun dan
penuh hormat kepada para qiyadah yang telah berjuang tanpa lelah demi
kemenangan ummat ini. Dan di atas semua itu jika syaithan masih membisiki
antum juga, cobalah antum bersikap fair, bandingkan dengan partai atau
organisasi lainnya baik segi kualitas atau kuantitas, mana sih yg lebih
bermasalah? Kita tidak pernah merasa para qiyadah atau ikhwah kita itu suci,
ada juga kader yang karena tergoda syaithan menjadi tergelincir, namun sudah
ada mekanisme partai melalui Dewan Syariah yang dengan sistemnya yang jelas
dan tegas mengatasi hal tersebut. Lalu apakah adil jika karena satu dua hal
yang nampak belum sempurna kita menggugat dan mencaci-maki seluruh partai
kita sendiri?
"WAHAI RABB KAMI AMPUNILAH KAMI DAN SAUDARA-SAUDARA KAMI YANG TELAH
MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN DAN JANGANLAH ENGKAU JADIKAN DALAM HATI KAMI
KEDENGKIAN TERHADAP ORANG-ORANG YANG BERIMAN.." (QS Al-Hasyr, 59:10)
Sumber : pks-anz.org
USTAD.. kok yang mau konformasi silakan datang ke fraksi? kalau yang bawah mempertanyakan, mestinya para qiyadah itu bersedia memberikan keterangan.
Intinya satu. kalau anda itu merasa keputusan itu benar, ya ndak usah takut no..
saya gak habis fikir, kok para qiyadah susah di nasihati to?
ustas senior dah turun juga katanya? ust daud juga sudah turun juga.
kami bingung tad..!!! dan kalau yang membuat bingung itu anda, para qiyadah. dan kami sudah bertanya.. maka apakah itu bukan berdosa....
saya pernah dapat order kajian untuk pemda dki dari sebuah perusahaan yang dikomandani para anggota DPRD PKS. dengan mata saya sendiri saya lihat proses suap menyuap antara yang katanya kader PKS dengan para birokrat busuk itu. bayangin sampai 70% dari nilai kontrak, nilai suapnya!! busuk banget!! apa pun alasannya!! gimana nih? katanya partai dakwah? kok kelakuannya kayak golkar aja yah?!
Assalamu'alaikum.
Ikhwah sekalian..
Keputusan yang diambil qiyadah dalam kasus BLBI berada dalam wilayah Ijtihad belaka.
Ketika kita berada diposisi qiyadah maka informasi baik yang sifatnya kesempatan atau pun ancaman akan semakin terbuka.
Apa yang akan kita lakukan sebagai qiyadah apabila ada kekuatan yang mampu memberangus dakwah sampai ke akar-akarnya menyatakan akan menghancurkan dakwah.
Bukankan rasulullah tidak menyatakan perang terhadap kaum quraisy ketika masih di makkah, ketika kaum muslimin hanya berjumlah kurang dari 70 orang.
Akhifillah, kekuatan yang dimiliki PKS saat ini belum ada 1% dari kekuatan yang dimiliki oleh musuh dakwah. Kalo kita melakukan aksi frontal saat ini maka tidak menutup kemungkinan dakwah akan hancur.
Saat ini dibutuhkan kader-kader yang mau dan mampu memahami realita dakwah, jamaah dan qiyadahnya.
Bukan kader yang merasa benar dengan apa yang ada difikirannya tanpa mau melihat realita yang lebih besar dari apa yang ada diotaknya.
Mohon maaf kalo apa yang disampaikan kurang berkenan.
Tapi itulah yang pendangan saya terhadap kader-kader yang egois yang selalu ingin memaksakan keinginannya padahal keputusan yang diambil berada dalam wilayah ijtihad dan wilayah itu adalah wilyah qiyadah untuk menentukan bukan wilayah jundiyah (so mohon pahami lagi materi qiyadah wal jundiyah). Apalagi menyandarkan argumennya pada orang yang bukan ikhwah (Samsul Balda) walaupun dulunya merupakan salah seorang qiyadah jamaah tapi sekarang bukan lagi. Dan mengenai senioritasnya Marwan. Saya sampaikan di PKS ada marhalah/jenjang kader. dan marhalah Mahfudz Sidiq jauh lebih tinggi dibanding Marwan Batubara.
Jadi yang menyandarkan argumen kepada SB da MB artinya bersandar kepada orang yang bukan ikhwah dan kader yang tidak senior.
Sekali lagi mohon maaf tapi itulah yang saya rasakan dan fikirkan.
Semoga bermanfaat.
bingung baca komentar di atas. masak berpendapat aja harus lihat sandarannya, mana ada yang senior ada yang yunior, lagi. PKS makin mirip NU aja. nanti ada darah biru PKS lagi kayak Gus Dur. terus kita dibilang bego & belum ngerti apa maunya pimpinan kalau pimpinannya aneh. yah dijawab aja lah argumentasinya nggak usah pake yunior senior. kalo seniornya bego, yah sorry aja lah yaw
saudara/i ku kita ketahui bersama bahwa jamaah ini (PKS) mrupakan bagian dari tandzim alami yang mempunyai cita-cita besar akan munculnya peradaban islam dimuka bumi ini. dan olah karena demikian seandainya para qiyadah PKS bersalah tentunya tanzim alami akan menentukan sikap terhadap para qiyadah tersebut tapi coba antum/na lihat saudara-saudara kita di belahan dunia sana justru sangat mengharapkan agar jamaah ini dapat berkembang dan masih mempercayai manhaj para qiyadah PKS. coba antum bayangkan seandainya FKP atau Forum lainnya mempunyai manhaj yang lebih baik tentunya tandzim alami akan melirik dan mempercayakan amanah dakwah ini kepada FKP atau yang lainnya tapi ternyata tidak.. PKS dengan segala kelebihan dan kekurangannya masih sangat dipercaya tandzim alami serta saudara-saudara kita dibelahan dunia yang lain dan mereka tetap berkeyakinan bahwa jamaah ini (PKS) akan membawa sejarah peradaban di indonesia guna menyongsong peradaban islam secara international.mari pikirkan itu ikhwah fillah sekalian jangan sampai kekecewaan kita meluluhlantahkan cita-cita besar jamaah ini. tentunya antum/na sudah sangat faham akan hal ini.
Untuk yg mengatakan :
"Apa yang akan kita lakukan sebagai qiyadah apabila ada kekuatan yang mampu memberangus dakwah sampai ke akar-akarnya menyatakan akan menghancurkan dakwah.
Bukankan rasulullah tidak menyatakan perang terhadap kaum quraisy ketika masih di makkah, ketika kaum muslimin hanya berjumlah kurang dari 70 orang."
Saya cuman bisa memberi masukan.
Kalau tidak mau kalah dalam berperang jangan berperang. Ketika sudah masuk medan perang, maka lakukan peperangan yg baik jangan asal menang saja dan mekakai cara yg tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasulullah.
Apakah Rasulullah ketika di Mekkah melakukan perang dengan Qurays ? Apakah Rasulullah masuk ke medan politik bila mau memakai dalil itu padahal sudah ditawarin kekuasaan ? Jangan mengambil pelajaran dari Rasulullah sepotong2x. Maaf, Saya melihat organisasi yg memakai kedok agama dan dalil sepotong2x seperti melihat NII dan LDII. Untuk diketahui, rusaknya dan hancurnya dakwah umat Islam justru bukan karena musuh2x Islam tapi umat Islam sendiri y g lalai mengikuti aturan Al Quran dan Hadits. Apakah dakwah PKS dengan memenangkan PEMILU ? Apakah para qiyadah mendakwahkan Islam atau mendakwahkan PKS ?
Assalamu'alaikum wr wb.
Megritik dengan cara terbuka tentu tuntunan sebuah demokrasi leberal. Alangkah santunnya jika kita mengkritik tanpa merasa menyalahkan orang yang dikritik. Win-win situation telah diajarkan para bijak sejak dahulu. Misal orang Jawa bilang : "Ngeluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake".
Misal, jika kita berjamaah ada imam yang bacaannya kurang betul tajwid-nya, tentu tidak akan bijak jika begitu selesai sholat kita langsung menegur dihadapan banyak jamaah. Tentu itu akan menyakiti atau membuat malu hatinya. Islam punya cara bagaimana adab kita berkomunikasi... itu jika memang kita jadikan Islam bukan hanya sebagai Agama saja, namun juga sebagai cara hidup kita.
Jadi, dengan berdalih apapun niat mengkritik atau menilai salah lewat Blog, sama hal-nya dengan membuka aib suatu golongan. Karena yang membaca di blog khan bukan hanya golongan kita saja ? banyak golongan di luaran sana yang pasti "cengengesan" mencibir golongan kita.
Mengkritisi lewat blog itu ibarat mengkritisi salah satu golongan di kampung dengan memakai pengeras suara ( speaker ) dari menara Masjid.
Allah yang Maha Tahu, dan tentu setiap perbuatan pasti ada catatannya. Apalagi jika cara yang lewat Blog ini dianggap oleh bloger-nya sebagai hal yang di benarkan dengan berbagai kutipan dalil, lalu ini ternyata salah di sisi Allah, naudzubillahi mindzalik...tulisan ini kebaca terus oleh orang banyak...terus mengundang orang menjadi salah paham..menciptakan kotak-kotak baru..menciptakan permusuhan baru... Tentu dosa si bloger akan mengalir terus hingga yaumil akhir.
Istighfar... ayo semua kembali pada cara-cara yang santun.
Apakah kita paham kenapa Blog diciptakan oleh developernya ? Blog itu seperti menciptakan senjata api lalu membagikan gratis ke seluruh manusia.
Jika senjata api jatuh ke tangan orang bijak, tentu akan bermanfaat. Namun jika jatuh ke tangan orang munafik, tentu akan sangat membahayakan dirinya dan orang lain.
Jadi dengan Blog, orang jahat akan semakin tambah jahat... menghasut... memfitnah... Dan kondisi ini akan menghancurkan umat manusia.
Terakhir...yuk kita berusaha mengerti dulu orang lain, baru kemudian kita minta dimengerti.
Jika orang yang kita beri masukan tidak menanggapi, bukan berarti kita diabaikan. Mungkin memang belum waktunya dia menjelaskan ke kita. Karena tentu mereka hati-hati terhadap rencana dan strategy-nya. Karena orang munafik itu ada di mana-mana, dan tentu kita harus mengerti jika mereka itu waspada.
IBARAT PERMAINAN BOLA, KITA INI PENDUKUNG/SUPORTER. JANGAN MIMPI UMPATAN ATAU MASUKAN SUPPORTER DITERIMA BEGITU SAJA OLEH PELATIH. JANGAN MIMPI PELATIH KESEBELASAN MENJELASKAN STRATEGY PERMAINANNYA KE KITA SUPPORTER. NANTI KALAU SUDAH MENANG TENTU AKAN DIJELASKAN OLEH PELATIH LEWAT KOMENTARNYA DI KORAN-KORAN.
So...jangan memaksakan kehendak untuk minta dimengerti.
Wassalamu'alaikum wr wb.
Hery Setiawan
RW 024 - pekayon Jaya - Bekasi.
saya hanya kader yang biasa-biasa saja.namun saya yakin sekali bahwa para qiyadah kita baik di parlemen maupun yang tidak, telah berjuang sekuat tenaga. pengorbanan mereka jauh lebih besar daripada pengorbanan saya untuk jalan dakwah ini. oleh krena itu, tidak adil rasanya jika kita menghujat mereka karena kekurangan kecil mereka.
Apakah anda yang termasuk FKP itu telah yakin bahwa usaha dan pengorbananan anda telah buuanyak... dan bermanfaat ?
Apakah anda sudah banyak beramal sholih untuk ummat ?
atau kerjaan anda hanya mengkritik dan menghujat qiyadah saja ?
atau jangan-jangan perolehan suara kita yang kecil ini karena ulah hasutan anda ????
tanya kenapa ??????????????
Tarbiyah bikin hidup lebih hidup..
Buat ustadz2 semoga Allah memberikan antum kesehatan.. agar bisa terus berdakwah
dan buat ust nabiel antum besok dakwahnya di parlemen, bisa lebih berdaya guna. mudah2an
assalaamualaykum...
saya salut dengan satu kader pks yg konsisten dan komit akan sosok seorang wakil rakyat tapi sekarang baliau tidak mau lagi tuk berada d sana dan sayangnya tiada lagi yang mengikuti jejaknya padahal d akhir jabatannya pernah berpesan agar wakil pks baik d tingkat kota maupun pusat agar bisa menjaga perasaan kader lain juga audiensnya tapi nyatanya apa d tempat saya tinggal aja tidak demikian padahal pusatnya pks.
mashadi sebuah nama yang bisa memberi contoh baik tidak bagi yang lain....sedih ya kader pks apalagi rakyat hanya jadi target
assalamualaikum.wr.wb
sungguh tragis presiden pks berkata jilbab hanyalah pakaian, sungguh ironis partai islam bersatu dalam kutub yang berlawanan dengan lembaga dakwah... sungguh terlaknat kerja kader dihancurkan oleh segelintir orang dengan meliberalkan partai islam.....partai ini telah kehilangan eksistensi sebagai partai yang selayaknya menjadikan quran dan hadist sebagai rujukan...Demi Allah hanya Dia yang mampu menilai siapa yang berjalan dilandasan syariat dan siapa yang memakmurkan syuhbat.... kader dakwah???? sungguh tak layak sebutan ini mereka adalah kader politik. mslh pemimpin bukan main-main.PKS bukan lembaga dakwah tapi lembaga politik ketika lembaga dakwah berseberangan dengan lembaga politik kita akan tsiqoh kemana?? ke ulama atau dai-dai politik, kalau yang kedua sebagai pilihan selayaknya halal haram pun lembaga politik yang lebih berhak menentukan
bro.. presiden PKS itu di plintir omongannya.. makanya tabayunin/cros chek dulu sebelum komentar ttg jilbab. ente percaya tempo atau beliau....
gak usah bingung byk perbedaan, dulu aja sesama sahabat berperang (kubu Aisyah dan Ali)... tapi kita gak boleh menyalahkan salah satunya
Tadinya saya kira kader-kader busuk PKS hanya ada di tingkat DPC/DPD. Hal ini seperti yang saya lihat langsung di SDIT Nur Fatahillah Serpong (asuhan PKS) yang pihak manajemennya sudah melepaskan muwashshofat tarbiyah, ternyata di pusat juga rusak ya?! Jadi kepada siapa kami berharap?????
Buat yang komen persis diatas gw... lu berharapnya kepada Allah dong, oncom!!! ngaku islami dan sok mengkritik qiyadah PKS tapi ternyata harapan dan sandaran lu aja udah salah...dasar Mandra...
eniwey, menurut gw Mashadi itu tulisannya hanya berisi fitnah tanpa membeberkan fakta-fakta yang jelas dan data yang real terkait PKS... ato lebih menjurus ke dendam pribadi kayaknya...gw jadi malas ngunjungin Eramuslim setelah baca banyak fitnahan-fitnahan sejenis...
Buat Tatang Sonjaya:
eh Mandra!!! emang Forum Kader Peduli itu siapa??? harus ya PKS ngurusin komplotan ga jelas itu??? bukannya lu-lu pade udah menyataan keluar dari PKS? Terus ngapain lu maksa-maksa kader PKS buat ngasih penjelasan?? pemerintah bukan! media bukan! pada ngaca sana!!! bisanya cuman nebar fitnah!!! nama yang cocok buat lu pade bukan Forum Peduli Kader tapi FORUM PERUSAK KADER!!! FORUM PENYEBAR KERANCUAN!!! Gw yakin lu pada di dompleng sama musuh-musuh dakwah Islam dan dibiayai oleh pejabat-pejabat korup!!! udah pada tobat sono!!!!
Salam kenal buat semuanya. Semoga yang dengan sadar membohongi orang lain mendapat siksa dari Allah.SWT dan yang memang berniat baik diberi ampunan dan ganjaran terbaik dari Allah.SWT Sesungguhnya kekuasaan itu untuk membebaskan orang dari kelaparan, kebodohan, kemelaratan, ketakutan, ketertindasan, kehilangan hak bicara, ... dan kekuasaan bukan untuk memsejahterakan diri, keluarga dan kelompoknya saja.
Fitnah sudah terbuka. Jangan sampai para musuh Allah memanfaatkan hal ini. apa perlu seperti dulu lagi.
Hidup Da'wah ... Kokohkan Ukhuwah
daripada omdo, leboh baik Bekerja untuk Indonesia!!!
roni
kata ust ahzami...yang salah adalah menganggap diri kita paling benar dan yang lain salah...jadi udahlah berbagi peran aja...saling menerima nasihat dan memotivasi untuk fastabikhul khairat...Allah saja yang berhak menilai kiat di jalan dakwah ini...
Heran.....kenapa ada kader da'wah yang katanya punya maknawiah yang bagus tentang dakwah masih meributkan saudaranya yg punya mobil yang bagus, rumah yang bagus dan tambah istri lagi (apakah poligami haram?. Apakah antum lebih suka melihat para aktivis da'wah itu miskin-miskin, rumah ngontrak, pake motor jelek anakknya 11. Bukankah balasan Allah SWT yang lebih baik diakhirat itu yang kita harapkan dari aktivis da'wah kita. Kalo beliau2 itu sekarang rumah, mobil bagus...coba liat peran beliau dulu didalam membangun da'wah ini, waktu, tenaga, harta bahkan jiwa mereka dipersembahkan untuk da'wah ini. Bandingkan peran antum dalam da'wah ini, apakah lebih baik? kalo antum menuntut hal yang sama, adilkah?
ikhwah fillah
sudahlah..... istigfar semuanya.
lakukan apa yang menurut kita manfaat untuk agama ini.
bukankah Allah maha tahu atas segala sesuatu.
jika para qiyadah kita dalam mengambil keputusan itu berniat menghancurkan dakwah ini, Allah akan menghancurkan mereka di akhirat.
namun jika para qiyadah kita berniat menjaga dakwah ini dalam mengambil keputusan dengan mengubah basic harokah dakwah menjadi terbuka, Allah pun maha tahu dan Allah akan menjaga mereka di dunia dan diakhirat.
istigfar aja akh, jaga diri dan keluarga kita dari api neraka.
check EdyVzGqH [URL=http://www.ugg--outlet-online.blogspot.com/]ugg boots outlet[/URL] suprisely LUrSBSDG [URL=http://www.ugg--outlet-online.blogspot.com/ ] http://www.ugg--outlet-online.blogspot.com/ [/URL]
http://marcoazwq89900.blue-blogs.com/4318856/
продвижение запроса в топ яндекса
@kkk
http://tysonfjjg56777.acidblog.net/30050646/
продвижение в топ с Interpult
@kkk
Post a Comment