Thursday, April 02, 2009

PKS tak Pernah Ikrarkan SBY Capres

PKS tak Pernah Ikrarkan SBY Capres
By Republika Newsroom
Kamis, 02 April 2009 pukul 10:54:00

JAKARTA—Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menegaskan tidak pernah mengikrarkan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai calon presiden yang akan diusung partai dalam Pipres 2009.

“PKS nggak pernah menyebut capresnya adalah SBY, PKS sudah punya calon sendiri yang sudah diputuskan Majelis Syuro,” ujar Ketua Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS, Mahfudz Siddiq, melalui sambungan telepon kepada Republika, Kamis (2/4).

Para calon pemimpin nasional yang dipersiapkan PKS, lanjut Mahfudz, bakal dimajukan partai untuk pertarungan memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden, manakala perolehan suara PKS dalam Pemilu Legislatif 9 April nanti menembus angka 20 persen.

“Sampai sekarang kita masih memperjuangkan meraih 20 persen suara itu.”

Menyangkut adanya pernyataan para petinggi partai yang menyebutkan kecenderungan PKS lebih besar berkoalisi dengan Partai Demokrat dan mengusung SBY dalam pilpres, Mahfudz menjelaskan, hal itu hanyalah kemungkinan lain apabila PKS tak meraih 20 persen suara.

Pilihan terhadap PD dan SBY, haruslah disertai prasyarat PKS tak bisa mendapatkan 20 persen kursi di DPR. “Kemungkinan itu apabila untuk mengusung capres-cawapres PKS harus berkoalisi, maka preferensi kader berdasarkan survei internal cenderung ke Demokrat dan SBY,” papar Mahfudz.

Kecuali pertimbangan keputusan Majelis Syuro, kata Mahfudz, PKS menyadari partainya tidak berhak mengikrarkan SBY sebagai capres lantaran PKS bukanlah PD yang bisa dibilang sebagai pemilik sah Sang Presiden tersebut.

Menurut Mahfudz, para kader dan konstituen PKS saat ini lebih memfokuskan diri dalam upaya memenangkan Pemilu Legislatif daripada membincang masalah koalisi dan capres/cawapres. Berdasarkan pemetaan suara yang telah dilakukan PKS terhadap seluruh daerah pemilihan, dukungan suara terhadap PKS di tingkat nasional berkisar antara 10 persen sampai 11 persen.

“Nanti setelah tanggal 5 April, akan kita lakukan pemetaan internal lagi untuk mengetahui sejauh mana impact kampanye terbuka yang saat ini dilakukan,” tandas Mahfudz.ade/taq

2 comments:

Anonymous said...

Okey akupun se7 sekali,tapi sekedar saran alangkah baiknya koalisi dengan PD(SBY).Yangmana SBY komitmen sekali dg pemberantasan korupsi, sementara PKS terbukti paling bersih dan yang lebih pantas memberantas korupsi.Semoga betul-betul bisa koalisi,amin

Anonymous said...

Semoga tidak ya ust.
Afwan sebelumnya ana tidak sependapat bila ternyata nanti berkoalisi dgn SBY, ana sangat kecewa dgn SBY dan sangat menyesal 2004 memilih beliau, meski waktu itu sebenarnya tidak mau memilih SBY, tapi karena instruksi ya ana patuhi, tapi afwan untuk 2009 ini ana berpendapat hanya keledai yang jatuh di lubang yang sama dua kali.
Afwan jika nanti pendapat ini berbeda dengan pendapat DPP, ana bukan tidak taat tapi kecuali ada penjelasan yg jelas kenapa keputusan itu di ambil , maka ana akan lebih meminta fatwa dari hati. Bukan tidak tsiqoh namun cobalah berikan hak bagi akal para kader untuk memahami siapa tahu ada hal yang kami ketahui namun belum diperhitungkan sehingga keputusan dikeluarkan. Tapi yang jelas ini yang ana alami:
Ekonomi keluarga ana jatuh karena liberalisasi ekonomi pemerintahan SBY, semua harga2 dipatok dengan harga internasional padahal Indonesia adalah produsen bukan importir. Coba antum lihat menteri perdagangan ke pasar untuk meninjau tanpa mampu mengendalikan harga, dan hanya beralasan kenaikan krn harga internasional naik. Tapi apa DPP peduli dengan hal seperti ini, mungkin tidak, ketika kehidupan ekonomi kader makin terpuruk, apa layak bicara jatah menteri atau kursi .