Golkar Mungkin Pilih Kalla Jadi Capres
Rabu, 22 April 2009 | 03:01 WIB
Jakarta, Kompas - Upaya Partai Golkar dan Partai Demokrat untuk mencapai titik temu belum berhasil meski Susilo Bambang Yudhoyono kemarin telah melontarkan lagi sinyal tentang koalisi kedua parpol. Bila tetap buntu, Partai Golkar akan mengajukan Jusuf Kalla sebagai calon presiden dalam pemilu presiden mendatang.
Sepanjang Selasa (21/4) terjadi pertemuan yang intensif antara tim Partai Golkar dan tim Partai Demokrat.
Puncaknya adalah pertemuan pada malam hari antara Tim Tiga Partai Golkar dan Tim Tiga Partai Demokrat di sebuah hotel di Jakarta. Tim Golkar terdiri dari Gubernur Lemhannas Muladi, Ketua DPP Partai Golkar Andi Mattalatta, dan Sekretaris Jenderal Soemarsono; sementara Demokrat terdiri dari Ketua Umum DPP Hadi Utomo, Ketua DPP Anas Urbaningrum, serta Sekjen Marzuki Alie.
Jika pembicaraan Tim Tiga tetap buntu, Golkar mungkin akan mengajukan Kalla sebagai capres. ”Ya, bisa saja (capres) dan ada kemungkinan. Kalau tidak Selasa malam ini, ya Rabu besok pagi (diumumkan capresnya),” ujar Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Iskandar Manji, menjawab pers.
Menurut sumber Kompas, dalam pertemuan Tim Tiga, pihak Demokrat tetap berkeras agar Golkar mengajukan lebih dari satu nama calon wapres, sedangkan Golkar hanya ingin satu nama. Rencananya, Rabu pagi ini, DPP Golkar akan memutuskan apakah pembicaraan dengan pihak Demokrat akan dilanjutkan.
Cawapres belum ada
Dalam jumpa pers Selasa siang, Yudhoyono mengemukakan, pertemuannya dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla di Kantor Presiden merupakan bagian dari penjajakan dan pembicaraan koalisi. Ada kehendak baik Demokrat dan Golkar untuk berkoalisi. ”Berkaitan dengan pertemuan saya dengan Pak Kalla (Senin, 20/4), isunya memang ke sana kemari. Yang jelas, pertemuan itu bagian dari penjajakan dan pembicaraan untuk membangun koalisi dan pembicaraan lanjutan. Pada tingkat sekarang, ada kehendak baik dari Demokrat dan Golkar berada dalam koalisi bersama-sama parpol lain,” ujarnya.
Koalisi yang dibicarakan terkait dengan kebersamaan di pemerintahan atau kabinet dan di parlemen. Di luar itu, tim partai masing-masing juga melakukan pembicaraan yang kemudian berujung pada rapat pimpinan atau musyawarah nasional. Sampai sekarang, kata Yudhoyono, penjajakan koalisi Demokrat dengan Golkar dan partai lain masih terus terjadi.
”Sama sekali pada tingkat saya belum membicarakan nama, siapa cawapres yang, insya Allah, akan saya ajak mendampingi saya,” kata Yudhoyono.
Akbar menguat
Kemarin sejumlah mantan pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia, yang sekarang ini banyak tersebar di banyak partai, menyatakan dukungannya kepada Akbar Tandjung untuk mendampingi Yudhoyono.
Mereka juga meminta agar Rapimnas Khusus Golkar yang akan diselenggarakan 23 April besok merekomendasikan banyak nama calon wapres, bukan hanya satu nama, yaitu Jusuf Kalla.
Tokoh yang hadir antara lain Ruhut Sitompul (Ketua DPP Partai Demokrat yang juga anggota Tim Sembilan yang dibentuk Yudhoyono untuk mencari cawapres), Lucky Sastrawirya, (Wakil Ketua Bidang Politik Partai Demokrat DKI Jakarta), Muchsin Ridjan (Wakil Ketua Umum DPP Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong), Agus Zakaria (Sekjen Pemuda Panca Marga, Wakil Ketua Partai Golkar DKI), Ariadi Ahmad (Wakil Sekjen DPP Partai Golkar), Uncu Natzir (Tim Media Akbar), dan Ketua KNPI DKI Jakarta Arif Rahman.
Akbar yang hadir dalam acara tersebut menyambut baik adanya pemberian dukungan itu. Ia juga menegaskan kembali kesiapannya untuk menjadi cawapres mendampingi Yudhoyono apabila memang dipilih. ”Kalau saya nanti yang dipilih Pak SBY, sejak sekarang saya mengatakan kesiapan saya untuk memberikan dukungan dan dalam memberikan dukungan kepada beliau, saya memosisikan diri sebagai wakil presiden, sebagaimana diamanatkan konstitusi, UUD 1945, wakil presiden itu bertugas berfungsi dalam rangka membantu tugas presiden agar misi presiden berjalan sukses. Tidak ada agenda-agenda lain,” ujarnya.
Menurut Ruhut, Akbar figur yang tepat menjadi cawapres mendampingi SBY karena ia figur politikus yang memiliki sikap negarawan, rendah hati, santun, dan jujur.
Lucky menduga kalau Rapimsus Partai Golkar mengajukan daftar nama dan Akbar masuk di dalamnya, Akbar yang paling besar kemungkinannya untuk dipilih menjadi cawapres mendampingi Yudhoyono.
Pandangan PKS
Partai Keadilan Sejahtera sudah menyampaikan pandangannya soal koalisi dalam pertemuan dengan Susilo Bambang Yudhoyono maupun Tim Sembilan Partai Demokrat.
Sekalipun demikian, menurut Ketua Bidang Perencanaan PKS Mahfudz Siddiq, PKS tidak dalam kapasitas mengajukan nama kepada Yudhoyono. Keputusan akhir menyangkut cawapres diserahkan kepada Yudhoyono. Kepentingan PKS dalam membangun koalisi adalah memperkuat sistem presidensialisme dan membangun pemerintahan yang efektif. “Siapa orangnya itu, hanya SBY dan Tuhan yang tahu,” ujar Mahfudz.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar juga mengakui pihaknya sudah bertemu dengan tim Partai Demokrat. Seluruh pandangan dan syarat yang diminta PKB sudah disampaikan dalam forum tersebut. Muhaimin menilai, kriteria calon wapres yang disebutkan Yudhoyono masih umum. “SBY pasti bisa menentukan sendiri calon yang dianggap paling tepat,” katanya.
Secara terpisah, Sekjen Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan menegaskan, tidak ada perpecahan di tubuh PAN terkait koalisi maupun pencalonan untuk pilpres. Pertemuan di Yogyakarta yang diinisiasi Amien Rais merupakan salah satu masukan menjelang penetapan sikap PAN pada 27 April nanti. Terkait kriteria calon wapres yang disebutkan Yudhoyono, Zulkifli menilai banyak kader PAN yang bisa memenuhi itu. “Tapi PAN tidak mau menyorong-nyorongkan muka,” katanya. (HAR/INU/DIK/SUT)
No comments:
Post a Comment