Golkar Mulai Jengah
Muncul Upaya Siapkan Capres Alternatif
Kamis, 29 Januari 2009 | 00:50 WIB
Jakarta, Kompas - Panggung persaingan menuju Pemilihan Umum 2009 saat ini seolah-olah hanya milik Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri. Partai Golkar sebagai partai politik besar pun merasa jengah sekadar diposisikan sebagai penonton.
Oleh karena itu, di lingkup internal Partai Golkar mulai diwacanakan untuk mengelus calon alternatif yang bakal diajukan dalam pemilu presiden mendatang.
Ketua Partai Golkar Priyo Budi Santoso di Jakarta, Rabu (28/1), menyebutkan, arus besar di internal Partai Golkar memang masih ingin memberikan kepercayaan lagi kepada duet Susilo Bambang Yudhoyono-M Jusuf Kalla. Namun, di tengah persaingan yang berputar-putar sekitar Yudhoyono dan Megawati, mulai muncul upaya untuk menghadirkan calon alternatif. Jika kemungkinan ini disambut, Partai Golkar bisa saja memimpin koalisi alternatif tersebut. Namun, Priyo juga mengakui, perlu kehati-hatian atas langkah tersebut karena faktor ketidakenakan yang masih tinggi terhadap Yudhoyono.
Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) DPR Mahfudz Siddiq menilai panggung yang hanya dikuasai Yudhoyono dan Megawati lambat laun bakal menjadi tontonan yang semakin tidak menarik dan bisa melahirkan antipati. Kondisi itu bisa menstimulasi munculnya calon alternatif. Mahfudz memprediksi, ”poros alternatif” memiliki peluang luar biasa.
Di tengah mengerucutnya persaingan Yudhoyono-Megawati, sebenarnya Partai Golkar punya modal politik untuk memunculkan pasangan calon ketiga. Namun, kesantunan Partai Golkar akibat posisi Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden bisa berubah menjadi bumerang. Ia menilai sikap Golkar akan sangat menentukan konstelasi politik menjelang Pemilu Presiden 2009.
Langkah Sultan
Mengenai manuver politik mendekatkan Sultan dengan Megawati, Priyo menilai Sultan mestinya sedikit bersabar dan tidak tergoda dengan langkah partai politik lain. Sultan masih dipandang sebagai tokoh papan atas di Partai Golkar. Namun, Priyo mengakui, pernyataan Muladi bahwa Sultan melanggar disiplin partai memang merupakan ekspresi psikologi internal Partai Golkar.
Semakin hari, lanjutnya, kontribusi Sultan terhadap Partai Golkar menipis. Langkah Sultan juga dianggap berbeda dengan Kalla saat ”meninggalkan” Partai Golkar yang mengajukan Wiranto pada Pemilu 2004. Saat itu Kalla secara resmi bersurat dan bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung.
Namun, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono menyebutkan, langkah Sultan untuk hadir dalam Rakernas PDI-P boleh-boleh saja. Kehadiran Sultan belum sampai melanggar disiplin Partai Golkar.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso dalam kesempatan terpisah menegaskan bahwa ia tidak berminat terjun dalam politik praktis karena akan berkonsentrasi penuh dalam menjalankan tugasnya sebagai Panglima TNI. Beberapa tantangan yang harus dituntaskan adalah agenda reformasi internal di tubuh TNI serta upaya menghapus status disclaimer yang ditetapkan Badan Pemeriksa Keuangan terkait penggunaan anggaran TNI. ”Namun, saya secara pribadi menyatakan terima kasih atas apresiasinya,” kata Djoko Santoso. (DIK/DWA)
1 comment:
pak mahfudz saya dengar katanya pks mau jadi gerbongnya golkar bener gak pak?
Post a Comment