PKS Serius Usung Tokoh Muda dalam Pilpres 2009
Sindo, Rabu, 16/04/2008
JAKARTA (SINDO) –Kemenanganpasangan Ahmad Heryawan–Dede Yusuf (Hade) dalam pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Barat menjadi inspirasi bagi PKS untuk mengusung calon presiden (capres) muda dalam Pilpres mendatang.
Ketua Fraksi PKS DPR Mahfudz Shiddiq mengatakan, selama 10 tahun reformasi, masih memunculkan figur lama dalam pemilihan presiden (pilpres). Sistem ini terpola secara tidak langsung akibat mandeknya regenerasi kepemimpinan di era orde baru.
“Karena itu, UU Pilpres harus berani mendorong tampilnya kepemimpinan muda di level nasional,” kata Mahfudz kepada SINDO di Jakarta kemarin. Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PKS Al Muzzammil Yusuf membenarkan, fenomena kemenangan Hade di Pilkada Jabar mengisyaratkan bahwa rakyat butuh figur pemimpin muda yang energik dan tidak punya beban masa lalu.
“Rakyat sangat membutuhkan perubahan yang bisa mengembalikan arah reformasi,” ungkap anggota Pansus RUU Pilpres ini. Dia memprediksi fenomena Pilkada Jabar terulang dalam Pilpres 2009. Menurut dia, jika ada generasi muda berani tampil pada 2009, sangat berpeluang menang. Terlebih, jika pasangan capres muda juga akan mengakomodasi kabinet muda.
“Kalau kondisi ekonomi rakyat kecil semakin susah, kombinasi citra capres muda, energik, reformis, bersih, visioner dengan terobosan baru akan membius publik,” ujar anggota Komisi I DPR ini. Sementara itu, Direktur Eksekutif Reform Institute Yudy Latief menyatakan, rakyat memerlukan figur pemimpin yang mampu melakukan perubahan.
Potensi perubahan itu hanya terjadi lewat perpaduan tokoh muda dan senior. “Pemilih kaum muda mencapai 80 juta. Kalau didukung kalangan muda peluang menang makin besar,” katanya kepada SINDO, kemarin. Hanya, kaum muda perlu kerja keras jika ingin maju dalam Pilpres 2009. Sebab, para elite senior parpol tidak mudah untuk memberikan kesempatan kepada tokoh muda. Menurut dia, sistem politik Indonesia masih berpihak kepada tokoh lama dan senior.
“Saat ini publik berharap kepemimpinan nasional mendatang mengakomodasi tokoh-tokoh muda. Namun, kesempatan di internal parpol tidak terlalu besar,” pungkasnya. Pengamat politik dari Soegeng Sarjadi Syndicated (SSS) Sukardi Rinakit mengatakan, publik memiliki kecenderungan memilih tokoh-tokoh muda dan tokoh berpengalaman yang baru muncul. Alasannya, mereka dinilai lebih berani dalam mengambil keputusan dan kebijakan strategis.
“Tokoh muda dinilai publik lebih berani membuat kebijakan pro rakyat,” ujar Sukardi. Sementara, mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid berharap Pilkada Jawa Barat memberikan contoh yang baik bagi Pilpres. Dalam Pilkada Jabar, rakyat tidak terpengaruh faktor tokoh atau faktor partai politik. Mereka hanya melihat potensi para calon.
Karena itu, dia meminta semua pihak menghargai hasil tersebut. “Disikapi dan dimaknai secara demokratis dan menghormati hak rakyat,” tegasnya. Menanggapi hal itu, Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir mengatakan, untuk memunculkan tokoh muda dalam pilpres, parpol bisa menggunakan mekanisme penjaringan yang lebih memberikan peluang dibandingkan membatasi usia maksimum dan membatasi tokoh-tokoh tua.
Karena itu, dalam perekrutan tokoh yang dijajaki untuk capres nanti, PAN mengedepankan calon alternatif dibandingkan harus membuat persyaratan usia maksimum. “Karena itu, beberapa mekanisme yang kita gunakan adalah menjajaki beberapa tokoh yang punya potensi menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat,” tuturnya.
Dengan mekanisme seperti itu, jikapun nantinya yang muncul adalah tokoh muda, kemunculannya bukan didasarkan atas adanya persyaratan pembatasan usia maksimum. “Tapi benarbenar muncul karena keinginan masyarakat,” tandasnya. (dian widiyanarko/ahmad baidowi/rahmat sahid)
No comments:
Post a Comment