Republika, Kamis, 17 April 2008
Pemimpin Muda Dihambat Partai Politik
stok pemimpin muda ada di semua parpol.
JAKARTA -- Pengamat politik, Christianto Wibisono, mengatakan munculnya kepemimpinan muda di Indonesia akan banyak mengalami hambatan. Hal ini disebabkan kekuasaan partai politik dan sistem politik terus menutup peluang tampilnya kaum muda.
''Ini seperti kejadian ketika almarhum Cak Nur (Nurcholish Madjid) ingin jadi presiden dengan melamar ke partai Golkar, saat itu Golkar langsung bertanya, 'Gizinya ada tidak?' Karena Cak Nur tidak punya 'gizi' ya jadinya program dan visi dan misi dia sebagai Presiden tidak dilirik,'' ungkap Christianto, di sela Seminar Nasional Menyelamatkan Reformasi dengan Moral dan Etika, yang diselenggarakan The Fatwa Center, di Jakarta, Rabu (16/4).
Ia kemudian membandingkan semangat mengetengahkan visi dan misi politik Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) dalam konteks pemimpin muda. Kesimpulan dia, masih sulit bila di Indonesia akan memunculkan sosok pemimpin muda seperti Barack Obama. Hal ini disebabkan kekuasaan partai politik dan sistem politik tidak menghargai visi dan misi. Akibatnya, lanjutnya, calon pemimpin di Indonesia didominasi dengan slogan 4L alias 'lu lagi lu lagi'. ''Ini tidak memberi peluang munculnya Obama versi Indonesia yang segar, cerdas, dan sukses.''
Bagaimana dengan kasus menangnya pemimpin muda di Pilkada Jawa Barat (Jabar)? Dia mengaku bisa jadi Pilkada Gubernur Jabar merupakan babak baru politik Indonesia. Namun ia belum bisa memastikan karena hasil akhirnya belum ada, dan pemenang itu belum teruji. ''Fenomena Jabar itu belum cukup meyakinkan apakah bisa dibilang sebagai 'Obama' Indonesia,'' katanya.
Senada dengan Christianto, Wakil Ketua MPR, AM Fatwa, menyatakan sedih ketika melihat kenyataan pola rekrutmen pemimpin nasional pada saat ini. Pasalnya, meski reformasi sudah berjalan satu dasa warsa ternyata uang tetap menjadi faktor penentu, ketimbang visi dan misi politik. Untuk itu, kini diperlukan sebuah pembaruan untuk menjaga semangat reformasi.
''Saya menjerit sekarang ini. Dari pengalaman saya berpolitik, kondisi perpolitikan Indonesia saat ini sangat mengandalkan uang. Mereka (politisi) dimotivasi oleh uang,'' kata Fatwa, Ditanya mana yang lebih beretika dan bermoral saat ini, apakah pemimpin muda atau pemimpin tua, Fatwa menilai relatif. Ia mengklaim pemimpin tua juga banyak berjasa. ''Mereka meninggalkan nilai-nilai etika dan moral,'' katanya mengenang pelajaran politik awalnya di tahun-tahun 1950 - 1960-an.
Di tempat terpisah, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR, Mahfudz Siddiq, menyatakan partainya siap mengusung kepemimpinan kaum muda jika memperoleh suara signifikan di Pemilu Legislatif 2009. ''Ada kecenderungan kuat masyarakat menginginkan adanya perubahan kepemimpinan di negara ini.''
Mahfudz mengatakan kalangan 'senior' harus punya kearifan merelakan kalangan muda memimpin. ''Masa transisi sudah cukup. Stok pemimpin muda dimiliki semua parpol. Sayangnya mereka masih terhambat ambisi para seniornya.''
Fenomena protes pemilih
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Deny JA, mengatakan, saat ini berkembang keinginan masyarakat akan adanya perubahan kepemimpinan. ''Ada fenomena 'protes pemilih' yang terus berkembang di masyarakat. Kondisi ini muncul akibat kekecewaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang semakin sulit.''
''Pasti fernomena ini akan bergerak ke tingkat nasional, yaitu Pilpres 2009. Ini sinyal buruk bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jika tidak ada perbaikan ekonomi masyarakat, tak mustahil dia akan terjegal di pilpres,'' ujarnya.
Diakuinya, sejumlah survei masih menyebut SBY sebagai calon terkuat. Tapi fenomena ini muncul karena belum munculnya tokoh baru. Mendekati Pilpres 2009 nanti, Deny yakin akan ada figur baru yang akan direpresentasikan sebagai kekuatan perubahan. ''Pada Pilpres 2004 lalu, survei enam bulan sebelum pilpres, Megawati masih menempati urutan teratas. Namun semakin dekat pilpres itu, SBY makin mencuat dan akhirnya mengalahkan Megawati,'' katanya. evy/dwo
No comments:
Post a Comment