PDIP Waspadai Band Wagon Effect
Sindo dan Okezone Jum'at, 18 April 2008 - 16:23 wib
JAKARTA-Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) waspadai munculnya band wagon effect atau sesuatu yang baru, memikat, dan menjadi inspirasi bagi khalayak ramai pada Pilkada dan Pilpres 2009.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Pramono Anung menyatakan, tren yang terjadi di dua pemilihan gubernur (pilgub) terakhir (Jawa Barat dan Sumatra Utara) menjadi pelajaran penting,khususnya untuk Pilgub Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Menurut dia, para pemilih di Pilgub Jabar dan Sumut terbius dengan munculnya sosok baru yang belum dikenal.
"Biasanya, wilayah yang bisa menerima arus band wagon effect ini adalah undecided votters atau pemilih yang belum menentukan pilihannya pada detik-detik terakhir," tuturnya Jumat (18/4/2008).
Meski ada kekhawatiran tersendiri atas munculnya band wagon effect, PDIP tetap optimistis pemilih di Jateng dan Jatim lebih memilih figur yang memiliki kompetensi, pengalaman, dan tidak diragukan kapabilitasnya selama ini. Menurut Pramono, pemilih di dua provinsi ini diyakini tidak mudah tergiur munculnya tokoh-tokoh baru.
"Jabar dan Sumut itu tidak bisa dianalogikan di daerah lain. Setiap daerah memiliki keunikan masing-masing," paparnya.
Pramono yakin dengan modal soliditas partai di dua provinsi tersebut, PDIP bisa meraih target kemenangan. Sebab, selain figur yang bisa diterima rakyat, kinerja mesin politik tetap berpengaruh pada kemenangan calon yang diajukan. "Karena itu, partai harus didorong agar tetap solid dan pencitraan kandidat harus terus dibangun," tegasnya.
Sependapat dengan Pramono, Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Tjahjo Kumolo mengungkapkan, kekalahan pilgub di dua provinsi terakhir menjadi kajian dan evaluasi mendalam bagi partai.
Namun, PDIP tidak akan mengubah strategi politik secara menyeluruh. Untuk pilpres, PDIP tetap mengajukan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden (capres). Sementara itu, untuk pilkada, PDIP tetap mendasarkan pada hasil survei. "PDIP tidak akan mendikotomikan antara tokoh muda, tokoh tua, purnawirawan, ataupun tokoh wanita. Asal orang tersebut diterima secara luas oleh masyarakat,kami akan ajukan sebagai cagub," tandasnya.
Tjahjo berpandangan,kekalahan PDIP di Jabar dan Sumut merupakan hal wajar.sebab,saat Pemilu 2004, PDIP kalah di dua provinsi ini. Namun, jika dilihat hasil pilkada provinsi secara menyeluruh,sejauh ini PDIP tetap unggul di-banding partai lain.
"PDIP telah menang di sembilan provinsi, baik yang maju secara mandiri ataupun koalisi.Target sekarang, selain Jateng dan Jatim, ada beberapa daerah lain seperti Riau, Lampung, Maluku, Nusa Tenggara Barat (NTB),"tuturnya. Menyinggung posisi calon wakil presiden(cawapres) yang akan mendampingi Megawati di Pilpres 2009, menurut Tjahjo, partai tetap akan memutuskannya di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) November 2008 mendatang di Solo."Beberapa sudah masuk. Tokoh muda tetap dipertimbangkan, tapi keputusan tetap di rakernas,"ungkapnya.
Sementara itu, Ketua DPP PKS Bidang Media dan Operasi Politik Tim Pemenangan Pemilu Nasional (TPPN) PKS Mahfudz Sidiq melihat hasil pilkada di Jabar dan Sumut semakin memantapkan partainya untuk mencalonkan figur-figur muda yang energik, baik di Pilkada maupun Pilpres 2009. "Namun, soal capres, kami menunggu hasil pemilu mendatang. Saat ini masih fokus pada pilkada," tuturnya.
Menurut Mahfudz, kemenangan di dua pilkada terakhir memberikan dua catatan penting. Pertama, kemenangan PKS menunjukkan konsolidasi yang dilakukan partai cukup berhasil.Kedua, memberikan sinyal yang semakin kuat bahwa masyarakat menginginkan perubahan dan pembaruan.
"PKS melihat ada pesan dari masyarakat dengan kondisi ekonomi yang berat, 10 tahun reformasi yang tak membawa perubahan. Mereka ingin yang lebih baik daripada tokoh-tokoh muda," tandasnya.
Sementara itu, pengamat politik Fachry Ali berpendapat, munculnya band wagon effect akibat hilangnya kepercayaan sebagian besar masyarakat terhadap partai partai lama. Ada anggapan partaipartai warisan Orde Baru sudah tidak memiliki independensi dan ideologi.
"Sekarang apa cita-cita Partai Golkar? Tidak ada yang tahu. Partai itu ada karena ada kepentingan pragmatis dari masingmasing pengurus dan anggota," katanya.
Terhadap partai pascareformasi, kata Fachry, masyarakat juga sudah berkurang kepercayaannya. Partai-partai yang ada saat ini hanya memikirkan pembagian kekuasaan. Kalaupun PDIP berada di oposisi sekarang ini, masyarakat tidak melihat ideologi yang nyata dari partai ini.
(Sindo Sore//sjn)
No comments:
Post a Comment