Thursday, May 14, 2009

PKS dan PAN Masih Kecewa Soal Boediono



PKS dan PAN Masih Kecewa Soal Boediono
Koran Tempo, 14/5/09
JAKARTA - Sikap petinggi Partai Keadilan Sejahtera terpecah menyikapi penunjukan Gubernur Bank Indonesia Boediono sebagai calon wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Wakil Sekretaris Jenderal PKS Fahri Hamzah mengaku partainya mulai membina komunikasi dengan Partai Golkar. Adapun Ketua Tim Advokasi PKS Agus Purnomo menyatakan partainya tak akan mengubah dukungan koalisi.
"Sampai saat ini tidak ada masalah komunikasi dengan JK (Jusuf Kalla)," kata Fahri di gedung MPR/DPR kemarin. Namun, dia menambahkan, keputusan final PKS akan diserahkan kepada Majelis Syuro dan para petinggi.
Sebaliknya, menurut Agus Purnomo, kesepakatan koalisi dengan Partai Demokrat sudah mencapai 90 persen. "Platform sudah hampir selesai, tinggal 10 persen saja," katanya kemarin.
Menurut Agus, yang menjadi masalah dalam soal penunjukan Boediono adalah keputusan Yudhoyono itu tidak disosialisasi lebih dulu kepada mitra koalisi. "Kalau petinggi partai ketemu bicara dan koalisi, itu untuk saling mengingatkan," ujarnya
Menyusul pencalonan Boediono sebagai calon wakil presiden, empat partai politik yang menjadi mitra koalisi Demokrat sempat mengancam untuk mundur karena kecewa. Mereka adalah Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Keadilan Sejahtera.
Adanya jalinan komunikasi politik dengan Golkar dan Jusuf Kalla merupakan lembaran baru bagi PKS. Sebab, sebelumnya, partai ini sempat menempatkan Golkar dan Kalla sebagai pihak yang perlu dijauhi dalam koalisi. Bahkan PKS sempat mengancam akan menarik diri dari koalisi dengan Demokrat jika Kalla dipilih oleh Yudhoyono sebagai calon wakil presiden.
"PKS ingin koalisi tanpa Golkar," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKS Mahfudz Siddiq saat dihubungi Tempo, pertengahan April lalu. Bahkan, menurut dia, PKS mengusulkan agar Yudhoyono menggaet figur nonpartai untuk maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden. "Figur nonpartai akan mengukuhkan sistem presidensial," katanya kala itu.
Menghadapi perkembangan politik ini, Golkar menyambut gembira. Bahkan, menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Syamsul Muarif, Golkar sengaja menunda pendaftaran pasangan calon presiden-wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum. Alasannya, mereka masih membuka peluang partai-partai lain bergabung mendukung Kalla-Wiranto.
Adapun Partai Amanat Nasional masih meminta Yudhoyono mempertimbangkan kembali pemilihan Boediono. Majelis Pertimbangan Partai Amien Rais meminta Yudhoyono mempertimbangkan kemajemukan dan adanya unsur luar Jawa dalam pasangan calon dari Partai Demokrat. "Nanti kesulitan kalau calonnya Jawa dan Jawa," kata orang dekat Amien Rais, Dradjad Wibowo, saat ditanyai mengenai pertemuan Amien dan Yudhoyono di Wisma Negara kemarin.
Yudhoyono, kata Dradjad, menanggapi bahwa keputusan memilih Boediono untuk menghindari perselisihan di partai koalisi. "Itu alasan beliau tidak memilih pendampingnya dari partai," kata Dradjad. Meski begitu, PAN belum berencana mengubah keputusan rapat kerja nasional mengenai arah koalisi ke Demokrat. EKO ARI | KURNIASIH BUDI | DWI RIYANTO | WAHYUDIN FAHMI | DWI WIYANA


SBY insists on choosing Boediono as running mate
The Jakarta Post , JAKARTA Thursday, May 14, 2009 12:22 PM
President Susilo Bambang Yudhoyono has named Central Bank Govenor Boediono as his running mate for the upcoming presidential election, and now must face the outraged challenges from the parties that supported his coalition and re-election efforts.
The president's special envoy Hatta Radjasa held talks with leaders of the parties Tuesday evening to win their backing for the choice.
"I think the choice [of Boediono] has been made after a long and objective process. The decision should therefore be left to the President. He knows best which candidate will suit his criteria. We lend our support," Hatta, who is the State Secretary, said to Antara.
Yudhoyono, also chief patron of the legislative election winning Democratic Party, is anticipated to officially announce Boediono's nomination in Bandung on Friday.
Accompanied by Cabinet Secretary Sudi Silalahi and Democratic Party chief Hadi Utomo, Hatta met with United Development Party (PPP) leader Suryadharma Ali, National Awakening Party (PKB) chief Muhaimin Iskandar and secretary-general of the National Mandate Party (PAN) Zulkifli Hasan for two hours at the State Guest House.
The leader of the Prosperous Justice Party (PKS) was invited but did not attend.
Hatta said it was appropriate that the presidential candidate picked a vice presidential candidate to avoid conflict among the supporting parties who also proposed their own candidates.
Executives of PKS, PPP and PAN later held a closed-door meeting in a hotel in Central Jakarta to discuss Boediono's nomination.
PKS executive Mahfudz Siddiq said he was surprised by Yudhoyono's choice, claiming it had never really considered an option. Mahfudz said PKS and the other Yudhoyono allies would soon announce their response to the matter.
Hatta was optimistic, however, the coalition led by PD would remain solid and expected Yudhoyono would be meeting the leader of the Indonesia Democratic Party of Struggle (PDI-P), Megawati Soekarnoputri, by Friday. Such a meeting would signal the end to their personal feud and long-lasting rivalry between the two parties.
PDI-P officials denied any link with Boediono's nomination.
"To my knowledge, Boediono is not a PDI-P member. He was named the finance minister during Megawati's tenure due to his competence," PDI-P deputy chairman Tjahjo Kumolo said.
He said Hatta informed Megawati of Boediono's nomination during their discussion Monday.
Separately, the Indonesian Chamber of Commerce and Industry (Kadin) expressed its support for Boediono's, claiming he and Finance Minister Sri Mulyani Indrawati had together successfully secured Indonesia's economic success.

PKS Bisa Terima Boediono, Asalkan ...
Okezone, 14/5/09
JAKARTA - Perkembangan mengenai partai koalisi SBY yang pecah terus terjadi. PKS yang awalnya bersikukuh mempersoalkan pencalonan cawapres Boediono masih ada kemungkinan untuk berubah. Bahkan PKS bersedia mendukung Boediono tapi dengan satu syarat, apakah itu?
"Kami tidak mempermasalahkan pencalonan Boediono. Tetapi yang kami persoalkan adalah komunikasi politik yang dibangun SBY. Kami bisa menerima Boediono asalkan ada argumentasi logis yang diberikan SBY," kata Ketua DPP PKS Mahfudz Siddiq sebelum
Rapat Dewan Pimpinan Tinggi Partai PKS di Gedung Dakwah PKS, Jalan TB Simatupang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (13/5/2009).
Karena itu Mahfudz menyayangkan mengapa hingga saat ini belum ada komunikasi yang dijalin dari SBY kepada PKS terkait pencalonan cawapres Boediono.
"Sampai saat ini belum ada argumentasi logis yang diberikan SBY pada kami," tandasnya.
Mahfudz juga menambahkan kalaupun PKS menerima Boediono sebagai cawapres, SBY tetap harus menyediakan ruang terbuka untuk mitra koalisi melakukan diskusi atau dialog.
Sampai saat ini rapat dewan pimpinan masih berlangsung. Mengenai rumor yang beredar di dalam rapat, sebanyak sembilan wilayah dakwah menyatakan kekecewaannya terhadap sikap SBY tersebut.

PKS: Mudah-mudahan Cikeas Dengar
Inilah. 13/05/2009 - 02:06, Mevi Linawati
Jakarta – PKS tidak merasa berkewajiban untuk mendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, karena mereka belum menandatangani kontrak koalisi. Karena itu, partai berlambang dua bulan sabit mengapit sebatang padi ini berharap ada perubahan sikap dari SBY pada aspirasi yang disuarakan partai-partai yang ingin berkoalisi.
Hal itu diungkapkan Ketua DPP PKS Mahfudz Siddiq, usai pertemuan PKS, PAN, dan PPP, di Hotel Nikko, Jakarta, Selasa (12/5) malam. Menurutnya, PKS tidak masalah atas keputusan Partai Demokrat yang akan menunda kontrak koalisi hingga waktu yang tidak ditentukan.
“Kita sendiri belum terikat kontrak. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan satu dua hari ini didengar cikeas suapaya direspon,” ucap Ketua Fraksi PKS DPR ini.
PKS sendiri menyesalkan mekanisme pengambilan keputusan SBY yang menggandeng Boediono sebagai cawapres. Menurut Sekjen DPP PKS Anis Matta, konstituen PKS keberatan dengan dipilihnya Boediono sebagai cawapres SBY.
Ia meminta agar SBY memperbaiki pengambilan keputusan. Sehingga jika ada hal besar dapat dibicarakan bersama dan tidak diputuskan sepihak. [nuz]

7 comments:

Anonymous said...

ssalamualaikum, wr wb

saya melihat program kabar siang tv-one, ternyata sampai detik ini PKS masih menunggu penjelasan dari SBY mengenai pemilihan budiono. padahal jelas2 SBY telah melarikan diri ke manado hingga pendeklarasian sebagai cara penguluran waktu terhadap para partai calon koalisinya sehingga para partai calon koalisinya tidak dapat lagi bermanuver untuk memilih yang lebih baik. Pak mahfudz pemilihan budiono sebagai cawapres itu adalah titipan AS bukan hasil negosiasi dari PDI-P, jadi sby TIDAK MUNGKIN MENGGANTI BUDIONO sebagai cawapresnya dengan orang lain.
PAK MAHfudz, siapa sie pemimpin PKS yang masih tetap ngotot mendukung sby??? (yang jelas didikte AS)(kalau kita boleh tau)
jadi sebaiknya PKS MENARIK DUKUNGAN DARI SBY SEKARANG JUGA, JANGAN SAMPAI TERLAMBAT.

Anonymous said...

"Kita tunggu sampai 15 Mei 2009 hingga pukul 24.00 WIB. Kalau ambang batas toleransi itu sudah terlewati kita siapkan cadangan sikap," kata Sekjen PKS Anis Matta di ruang Fraksi PKS, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (14/5/2009).(http://pk-sejahtera.org/v2/index.php?op=isi&id=7373).
berarti masih berharap sby donk. wahai para pemimpin PKS sadarlah bung, sby sudah tidak menghargai PKS. Harusnya PKS sebagai partai islam berani untuk mengambil sikap lebih tegas setelah tidak dianggap oleh sby. jangan nunggu ampe waktu pendeklarasian pencapresan sby. wahai para wakil umat islam di PKS kembalilah pada petunjuk Al-quran dan hadist. dan nilailah sikap & sifat sby dengan pedoman Al-quran dan hadist. jangan sampai engkau tetap kukuh mendukung pemimpin yang tidak menghargai dan mencintai umat islam.

Anonymous said...

"Bagi PKS, kita sedang mendalami dan mencerna kalimat anything can be happen-nya SBY. Masih ada 2 hari ke depan, untuk kita lihat wujud akhir anything can be happen itu apa. Sebab, kesalahan memaknai politik bisa blunder," kata Ketua FPKS Mahfudz Siddiq dalam jumpa pers di ruang rapat FPKS di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (14/5/2009).(http://pk-sejahtera.org/v2/index.php?op=isi&id=7374)

Memang betul "anything can be happen", apalagi dalam politik mungkin "anything can be happen until the last minutes or the last seconds", tapi jangan sampai petinggi PKS "Too late to make decisions coz feed by political planning of sby"

Anonymous said...

gampang-gampang susah. coba gabung dgn Prabowo-HNW
Pasangan alternatif utk saingin SBY.
dlm hal ini bila emang bener prabowo insaf.. dan bisa menggerakan ekonomi rakyat... bagus utk umat.
rata2 petani ya umat Islam..

Anonymous said...

Terima kasih PKS anda telah mengajarkan kepada kami bagaimana bersikap pragmatis dan berbicara inkonsisten. Anda telah melukai kami para simpatisan anda sejak 99 namun hasil yang terjadi hari ini telah membukakan mata kami betapa sudah berubahnya partai ini. Selama ini kami percaya dan menerima apa yang diinstruksikan para qiyadah kami namun hari ini kami telah berpikir dan memutuskan untuk meninggalkan partai ini. Selamat tinggal PKS partai yang aku cintai..

Anonymous said...

Detik ini sy menyatakan pada diri sendiri bahwa sy tak mau berhubungan lagi dg hal-hal yang berbau PKS dan akan sy sosialisasikan pd teman kader yang lain dg alasan :
1. PKS sama saja dg Partai yang Lain hanya mengejar jabatan.
2. PKS tidak punya harga diri sdh melacurkan diri dg tidak konsisten
3. Teman-teman kader berharap PKS partai yg menjunjung nilai islam tidak dipengaruhi antek Yahudi/ Amerika
4. Hanya keledai yang kesandung yang kedua kali (PKS ?)
5. TIdak mudah merubah karakter seseorang. Neo liberalis akan tetap eksis jika menang dan PKS harus ikut bertanggung jawab dunia akhirat
6. Kader- kader tidak mau menanggung akibatnya kalau penentuan Koalisi dinyatakan oleh segelintir orang.
7. Kader PKS sadarlah, tunggu kehancuran partai yang kita cintai
8. Independent (bukan oposisi) adl
jalan terbaik dg menjunjung amar ma'ruf nahi munkar.
9. Selamat tinggal PKS, hidup golput

Anonymous said...

Hidup PKS, baru kali ini Indonesia swasembada beras...

"petani dan Peternak"