Tuesday, May 26, 2009

At-Taskhir

Ikhwahfillah kemabil di post kan artikel menarik ini dari Seri Artikel Majalah Tarbawi-5
Semoga menjadi pencerahan bagi kita semua.

At Taskhir
Salah satu tujuan dari kepemimpinan dan kekuasaan adalah isti’mar al-ardh, yaitu memakmurkan kehidupan umat manusia. Kepemimpinan yang sukses terletak pada kemampuannya untuk mendayagunakan berbagai sumber daya kekuatan itu. Pernahkah kita menyadari bahwa Nabi Sulaiman as bahkan bahkan memiliki kemampuan untuk mendayagunakan potensi kekuatan bangsa Jin dan hewan untuk mewujudkan tujuan kekuasaannya sebagai raja.
Saya bukan ingin mengajak Anda berfikir agar salah satu syarat calon Presiden adalah mampu menundukkan sumber daya Jin. Tapi ingin menyajikan satu perspektif prinsipil bahwa kepemimpinan dan kekuasaan harus mampu melihat berbagai potensi sumber daya yang ada atau diadakan sebagai energi positif yang mesti dikelola. Bukankah Rasulullah saw pernah memberi isyarat bahwa satu waktu agama Islam ini akan ditolong oleh rajulun fajir? Yaitu orang-orang yang jauh dari standar keimanan dan keshalehan, namun memiliki kekuatan yang bisa didayagunakan.
Salah satu kesalahan berfikir dan bersikap di antara kaum muslimin adalah ketika menakar dan menseleksi unsur-unsur kekuatan yang layak dilibatkan dalam proses istikhlaf menurut ukuran keimanan dan keshalehan. Mereka yang di luar itu lalu diposisikan sebagai lawan yang harus dicurigai atau bahkan dimusuhi. Ini pula yang telah menciptakan polarisasi klasik antara kekuatan politik Islam dan kekuatan politik non-Islam, dengan beragam label ideologi dan aliran politiknya.
Masih menurut mereka, adalah suatu keanehan dan penyimpangan manakala ada kekuatan politik Islam bekerjasama dengan kekuatan-kekuatan politik non-Islam. Ditambah lagi satu obsesi bahwa kekuatan-kekuatan politik Islam harus bersatu di bawah satu bendera saja, untuk kemudian berhadapan vis a vis dengan selainnya. Sejumlah dalil dan tafsir sejarah pun disertakan untuk melanggengkan paham ini.
Saudaraku, perlu kita pahami bahwa kepemimpinan dan kekuasaan adalah wilayah al-mashlahah al-‘ammah, atau domain kepentingan umum. Kepemimpinan menurut Islam adalah untuk kemashlahatan semua manusia yang bernaung di dalam ruang kekuasaan itu, siapapun mereka. Bahkan juga untuk kemashlahatan semua makhluk selain manusia. Coba lihat, bukankah syariat Islam juga mengatur hak-hak bangsa Jin yang tidak boleh kita zhalimi. Misalnya kita dianjurkan Rasulullah untuk tidak memakan tulang, karena itu aset pangan bangsa Jin. Sementara sekarang berkembang menu makanan berduri atau bertulang lunak, sehingga ludes semua hak bangsa Jin itu dimangsa manusia.
Saya minta maaf jika mengambil contoh ektrem dan paradoks, dikarenakan ini adalah perkara penting. Yaitu menyangkut cara pandang yang membentuk perilaku kita dalam kerangka bermasyarakat dan bernegara. Kepemimpinan dan kekuasaan yang bercirikan pendayagunaan berbagai sumber daya kekuatan untuk pencapaian tujuan isti’mar al-ardh ini yang disebut sebagai At-Taskhir. Konsep ini mengacu kepada firman Allah: ”Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentinganmu segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada di bumi, dan menyempurnakan untukmu ni’mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (Luqman: 20).
Ketika Allah menetapkan Takrim (pemuliaan) posisi manusia sebagai Khalifatullah fil-Ardh, maka Allah ikuti dengan Taskhir. Yaitu penyediaan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas kepemimpinan. Secara tabiat, berbagai sumber daya itu bersifat tunduk kepada kekuasaan untuk dikelola menjadi energi positif. Dan secara tabiat pula, kepemimpinan manusia mampu menundukkan mereka.
Dari konsep dan prinsip Taskhir, maka pahamlah kita praktek kepemimpinan dan kekuasaan yang dijalankan oleh Rasulullah saw. Bagaimana beliau mendayagunakan posisi terhormat nasabnya untuk bernegosiasi dengan a-immatul-kufr (pemimpin-pemimpin kekufuran) Makkah. Bagaimana beliau membangun komunikasi dan aliansi dengan Raja Habasyah untuk keperluan suaka politik sebagian sahabatnya. Bagaimana beliau gunakan tangan-tangan sebagian tokoh musyrikin Makkah untuk mencabut embargo dan blokade terhadap komunitas kaum muslimin yang sudah berlangsung selama tiga tahun. Bagaimana beliau menyewa secara profesional Abdullah Uraiqith – seorang musyrik – sebagai pemandu jalan saat hijrah ke Madinah.
Juga bagaimana beliau merekrut tokoh-tokoh simpul dari kelompok-kelompok besar masyarakat Madinah, dan memuliakan posisi mereka. Bagaimana beliau membiarkan keberadaan tokoh-tokoh munafik Madinah, namun membatasi ruang-geraknya. Bagaimana beliau mengakomodir kepentingan kelompok-kelompok Yahudi dalam Piagam Madinah, dan mengikat mereka dengan klausul hukum yang tegas. Bagaimana beliau menolak kehadiran Abu Jundul dan pengikutnya untuk masuk Madinah, dan bersikap diam atas berbagai operasi yang mereka lakukan terhadap kafilah-kafilah dagang Quraisy Makkah.
Juga bagaimana Rasulullah membuka luas arus perdagangan antar negara di Madinah. Bagaimana beliau menugaskan beberapa sahabat untuk mempelajari bahasa dan budaya Yahudi dan Nasrani. Bagaimana beliau mengadopsi banyak tradisi dan teknologi negara atau bangsa lain untuk kemashlahatan ummat. Termasuk dalam hal Rasulullah saw menikahi Shafiyyah, seorang putri tokoh sentral Yahudi yang ditaklukkan dalam peperangan.
Ikhwah fillah, konsep Taskhir tentu saja berdimensi sangat luas. Pastinya ia melekat pada konsep kepemimpinan dan kekuasaan. Ia menyangkut penundukkan dan pendayagunaan berbagai sumber daya alam untuk kemakmuran. Menyangkut penundukkan dan pendayagunaan sumber daya manusia – dengan aneka keragamannya – untuk mewujudkan masyarakat hadhari atau berperadaban. Juga menyangkut penundukkan dan pendayagunakan berbagai potensi kekuatan buruk atau destruktif menjadi unsur kekuatan yang positif atau minimal netral.
Memimpin dunia berarti meletakkan semua komponennya di bawah kendali kita. Seorang pemimpin akan memandang semua yang ada di sekelilingnya sebagai sumber daya potensial yang harus dikelola dan ditundukkan. Siapapun, apapun dan bagaimanapun adanya. Seorang pemimpin tidak akan mudah melakukan fragmentasi atau pengkotak-kotakan, lalu melakukan sikap baro’ah atau garis demarkasi terhadap kotak-kotak yang berbeda dengan dirinya. Secara aqidah dan ibadah memang harus dan mudah untuk membeda-bedakan manusia. Namun sekali lagi, kepemimpinan dan kekuasaan adalah wilayah al-mashlahah al-’ammah.
Nah saudaraku, mari kita lihat kembali Indonesia – negeri kita yang besar ini. Semangat kita pastilah ingin memimpin negeri ini. Mari lihat dengan cermat; begitu beragamnya penduduk negeri ini – dari suku, bahasa, agama, budaya dan aneka ikatan primordial lainnya. Bahkan keberagaman itu terlihat jelas di umat Islam sebagai komponen mayoritas penduduknya. Perbedaan aliran fiqh, ormas atau kelompok, tingkat pemahaman dan komitmen terhadap syari’at, hingga perbedaan cara memperjuangkan aspirasinya. Indonesia begitu melimpah ruah sumber daya alam dan ekonominya. Namun lihatlah sebagian besar didominasi oleh aktor-aktor bisnis non-muslim, bahkan asing. Lihat juga tentara sebagai garda depan pertahanan negara. Untuk waktu lama mereka didoktrin bahwa Islam adalah ancaman terhadap (kekuasaan) negara. Lalu lihat juga begitu banyaknya para pegiat sosial, budaya, hukum dan politik yang ingin mendorong demokratisasi di berbagai bidang, namun memiliki referensi ideologi aneka warna.
Kenyataan lainnya, bangsa ini makin terpuruk dalam lubang kemiskinan. Menurunnya daya beli masyarakat, meningkatnya angka pengangguran, tingkat inflasi yang makin membumbung, angka putus sekolah masih tinggi, kriminalitas masih merajalela, korupsi tak pernah berhenti, budaya bebas dan semau gue jadi tren generasi muda, patriotisme dan semangat kebangsaan makin tipis, dan mengagungkan budaya barat jadi simbol kemajuan.
Negeri ini butuh kepemimpinan yang baik. Barisan dakwah memiliki modal paling pokok untuk memimpin. Yaitu manusia-manusia yang sadar akan posisinya sebagai khalifatullah dan sadar akan statusnya sebagai ‘abdullah (hamba Allah) yang harus beriman dan beramal shaleh. Istikhlaf (proses menuju kepemimpinan) tidak cukup hanya dengan seruan atau teriakan. Tapi juga pada sejauh mana kita mampu mengkapitalisasi berbagai sumber daya kekuatan untuk dihimpun menjadi energi positif untuk tujuan mulia. Di sinilah sifat inklusif Islam memberi jalan bagi tathbiq ru’yah at-taskhir, atau implementasi pandangan taskhir sebagai syarat mulusnya proses istikhlaf. Wallahu a’laam bish-showaab.

13 comments:

Anonymous said...

Ustadz.... ini Ilmu apa pembelaan diri??? Sekarang lagi males baca artikel yg dateng dri PKS uy. Skr srasa ga masuk ke hati isi artikelnya. Mungkin klo dri awal Jubir PKS itu diserahkan ke Pak Zulkiefli mungkin bahasanya akan bsa dtrima tapi sekarang dah terlanjur uy...
sya ingat salah satu dialog di Film Sang Murabbi...
"Ustadz, sekarang teman-teman lebih disibukan dengan politik....."

Bambang said...

Saudara-saudara yang berjuang di bidang politik sibuk di bidang politik.

Saudara-saudara yang berjuang di bidang ekonomi sibuk di bidang ekonomi.

Saudara-saudara yang berjuang di bidang sosial sibuk di bidang sosial.

Saudara-saudara yang berjuang di bidang hukum sibuk di bidang hukum.

Saudara-saudara yang berjuang di bidang akademik sibuk di bidang akademik.

Anonymous said...

Assalamu'alaikum

Karena kita bersaudara, semangat tafahum dan ta'awun perlu di kedepankan. Dan tausiyah menjadi jiwa yang harus hidup dalam hubungan persaudaraan.

Kesibukan dibidang Politik, ekonomi, sosial, hukum, akademik, tidak boleh abai terhadap pembinaan da'wah yang berkesinambungan.

Kritik ini banyak mengemuka lantaran kiprah partai selama ini, ingin menunjukkan jati dirinya sebagai Partai Politik ketimbang penegasan sebagai Jama'ah / Partai Da'wah.

Logika-logika politik yang diadopsi, terkadang tidak bersesuaian dengan kaidah-kaidah yang jadi pegangan para juru da'wah.

Kesantunan dan kecerdasan komunikasi dalam mengemukakan substansi da'wah, berbanding terbalik dengan ungkapan kekecewaan partai ala "Fahri Hamzah" kepada Capres yang diusung.

Partai dengan mudah membelanjakan iklan : Rp. 26 milyar untuk merebut simpati konstituen secara instant. Ketimbang membelanjakannya untuk iklan-iklan da'wah dalam bentuk yang menarik dan variatif. (Video klip Iwan Fals terbaru, sesungguhnya menda'wahkan tema solideritas sosial yang simpati)

Pencitraan positip partai lebih mengandalkan penguatan lobi kekuasaan dan "pembungkaman" media masa yang mengendus sesuatu yang salah. Padahal pencitraan positif dalam da'wah adalah buah "yang ditanamkan" Allah SWT kedalam hati manusia, hasil keistiqamahan para juru da'wah. Dan Allah SWT menutup aib para juru da'wah karena pertaubatannya yang sesungguhnya.

Kita berharap, semoga para juru da'wah yang berkiprah di ranah politik, berhasil mengembangkan logika-logika politik baru, sesuai dengan kaidah-kaidah da'wah. Sehingga jadi pembeda : sebagai Partai Da'wah yang sesungguhnya. Dimana Allah tidak disekutukan dengan aneka sumber daya politik. Amin.

Anonymous said...

Silahkan membaca http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/neolib-binatang-apakah-itu-1.htm www.eramuslim.com merupakan situs promosi gratis PKS dahulu kala... sepanjang sya baca Situs ini. Dan sekarang mungkin situs ini ingin mengingatkan kita semua

Anonymous said...

Ustadz, alhamdulillah suara PKS masih dibawah 10% dan sudah terlihat belangnya, terus terang saya, keluarga dan temen2 yang lainnya sangat-sangat kecewa atas koalisi yang dilakukan PKS dgn SBY. Dan selama ini saya selalu menyanjung sikap politik yang dijalankan pengurus PKS, tetapi sekarang dan mungkin PILEG kemarin adalah yang terakhir saya, kel dan teman2 bersama dgn PKS....

Anonymous said...

Saya tsiqah sama antum ustadz, antum sdh berusaha berikan yg terbaik kalau salah tapi ikhlas mudah2an Allah membalas dgn pahala kebaikan, eksistensi PKS sbg partai hrs terus ditegakan utk kepemimpinan yg lebih baik.. jgn lemah krn byk org yg kritik, itu adl ranah ijtihad perbedaan adl suatu yg wajar.

Pondok Pesantren AL QALAM Jakarta said...

ust ana mnt email semua pengurus tulabi dnk

Anonymous said...

bapak mahfud, sekedar mengingatkan saja.. Tifatul gagal membawa aspirasi rakyat pks, silahkan jalan ke Jkt Timur sebagian besar fanatik PKS beralih ke JK, PKS skrg sarat muatan politis dan tdk se idealis dulu lg, banyaknya pengusaha yg masuk ke PKS hanya utk menunggangi PKS sehingga lobi politik dan bisnis menguntugkan pengusaha tsb. coba seksama melihat siapa spekulan politik tsb yg merusak idealisme PKS, SBY tdk mencerminkan islam tapi mencerminkan hasrat dan inilah yg membuat hati sebagian rakyat PKS kecewa dgn para elit, lihat saja SBY 5 thn kemiskinan tetap merajalela, tp SBY hanya bisa mengatakan krn Krisis Global, inilah pemikiran Neolib, krn berharap global baik dulu baru kemiskinan bisa diberantas.. sampai kapan????

Anonymous said...

Hasil Perhitungan Sementara
Kode Pilihan Nama Pilihan Prosentase
1 SBY Boediono 37.89 %
2 JK Wiranto 53.028 %
3 Mega Prabowo 9.083 %
31 May 2009 1090 Total

Anonymous said...

ustadz tolong cek detik.com

penggemar baru JK

Hasil Perhitungan Sementara
Kode Pilihan Nama Pilihan Prosentase
1 SBY Boediono 37.89 %
2 JK Wiranto 53.028 %
3 Mega Prabowo 9.083 %
31 May 2009 1090 Total

Anonymous said...

"Ny SBY Berjilbab" apalagi neh ustadz??? indonesia akan dapat bencana terus... yg ada kemunafikan di wajah para elit, Alloh membenci org kafir tp lebh membenci lg org munafiq.. tolong hentikan dgn segala kekuatan yg tersisa.. putuskan hub dgn Boediono, lihat reaksi rakyat PKS, insya Alloh akan Solid, kasihan rakyat kecil dapat bencana terus, krn Alloh akan murka... SBY-Boed tdk ada nilai perjuangan didalamnya

Anonymous said...

Rasulullah pernah bersabda "apabila mengerjakan sesuatu yg meragukan, bila tetap dikerjakan maka apa yg dikerjakan tersebut setengahnya adalah haram"
saat terakhir PKS pernah meragu untuk mendukung SBY, namun PKS tetap mengerjakan, apakah kami harus tetap mendukung PKS ?

Anonymous said...

SURVEY CAPRES

Hasil Survey Lembaga A
Pertanyaan : Siapa Capres Paling Gagag, tinggi besar, tampan, kalem ?
Jawaban :
SBY-Boediono 70%
JK-Win 6%
Mega-Pro 9%

Hasil Survey Lembaga B
Pertanyaan : Siapa Capres Paling Cantik, Keibuan, turunan Founding Father ?
Jawaban :
Mega-Pro 60%
SBY-Boediono 7%
JK-Win 6%

Hasil Survey Lembaga C
Pertanyaan : Siapa Capres Non Jawa, saudagar ?
Jawaban :
JK-Win 55%
Mega-Pro 8%
SBY-Boediono 7%

Metodologi Lembaga Survey meliputi: pertanyaan, sampel yang diambil bisa didesain sedemikian rupa untuk kepentingan Capres yang mensponsorinya.

Dari ratusan tabel, bisa dipilih untuk dipublikasikan. Tentunya yang paling menguntungkan. Intinya untuk membentuk opini publik tentang Capres tertentu. Terutama massa terdidik diperkotaan