Friday, November 14, 2008

Petinggi beda sikap, internal PKS diindikasikan retak

Edisi : Jum'at, 14 November 2008 , Hal.3
Petinggi beda sikap, internal PKS diindikasikan retak

Jakarta (Espos) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diindikasikan mengalami keretakan. Hal ini terlihat dari silang pendapat para petinggi PKS terkait iklan kontroversial partai tersebut yang menampilkan gambar Soeharto bersama tokoh lain yang disebut sebagai pahlawan dan guru bangsa.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diindikasikan mengalami keretakan. Hal ini terlihat dari silang pendapat para petinggi PKS terkait iklan kontroversial partai tersebut yang menampilkan gambar Soeharto bersama tokoh lain yang disebut sebagai pahlawan dan guru bangsa.
Namun petinggi PKS menyatakan saat ini PKS tetap solid. Seperti diketahui, untuk memperingati Hari Pahlawan, PKS menampilkan sejumlah tokoh nasional dalam iklan yang ditayangkan di TV pada 8-11 November 2008 lalu. Iklan itu menjadi kontroversi karena juga memasukkan mantan Presiden Soeharto sebagai salah satu tokoh guru bangsa dan pahlawan.
Menghadapi kontroversi tersebut, Presiden PKS Tifatul Sembiring meralat dan menyatakan iklan tersebut salah karena beda dari konsep awal. Tifatul juga menegaskan, PKS tidak pernah menganggap ataupun menjadikan Soeharto sebagai pahlawan.
Namun Sekjen PKS Anis Matta membantahnya. Iklan tersebut menurutnya tetap sesuai dengan konsep semula. Iklan tersebut dibuat dalam rangka rekonsiliasi bangsa.
Perbedaan pandangan soal iklan ini menurut pengamat pilitik dari LIPI Lili Romli merupakan awal keretakan di tubuh partai berazaskan Islam tersebut. ”Ini menunjukkan ada keretakan. Kedua petingginya tidak ada satu pandangan. Kalau dibiarkan, bisa menjadi keretakan serius buat PKS,” ujar Lili Romli dalam perbincangan, Kamis (13/11).
Lili menyayangkan dibuatnya iklan Soeharto sebagai pahlawan. Menurutnya, di saat masyarakat Indonesia masih belum bisa melupakan kesalahan Soeharto, PKS justru menganggap Soeharto sebagai pahlawan.
Tetap solid
Iklan tersebut, lanjut Lili, justru mencitrakan PKS sebagai partai yang oportunis. Iklan itu tidak menunjukkan PKS pluralis, justru oportunis dan pragmatis.
Sementara itu, PKS mengakui memang ada perseteruan internal. Tapi, PKS tetap solid. ”Itu persoalan teknis. Sudah selesai sebenarnya. Karena memang gelar kepahlawanan itu ditentukan presiden,” ujar Ketua Fraksi PKS, Mahfudz Siddiq dalam, Kamis.
Sementara, Wasekjen PKS Fahri Hamzah menilai perseteruan Tifatul dan Anis Matta cs tersebut hanya masalah perbedaan pernyataan saja. Ia membantah ada keretakan di tubuh PKS. ”Tidak ada, itu hanya perbedaan statement. Tidak ada perbedaan sikap terhadap iklan. Iklan itu keputusan bulat,” bantah Fahri.
Lebih lanjut Fahri mengatakan jika di PKS hingga saat ini masih solid dan tidak ada perpecahan.
”Di PKS itu tidak ada akrobat politik. Tidak ada yang liar. Bisa dipecat kalau dia begitu. Yang jelas PKS masih solid,” jelasnya. - Oleh : dtc
Pengamat: PKS Retak karena Iklan Soeharto
Jumat, 14-11-2008
MedanBisnis – Jakarta
Pengamat menilai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) retak. Indikasinya, para petinggi PKS silang pendapat menghadapi kontroversi iklan partai itu yang menampilkan Soeharto sebagai pahlawan.

Untuk memperingati Hari Pahlawan, PKS menampilkan sejumlah tokoh nasional dalam iklan yang ditayangkan di TV pada 8-11 November 2008 lalu. Iklan itu menjadi kontroversi karena juga memasukkan mantan Presiden Soeharto sebagai salah satu tokoh guru bangsa dan pahlawan.
Menghadapi kontroversi itu, Presiden PKS Tifatul Sembiring meralat dan menyatakan iklan itu salah karena beda dari konsep awal. Tifatul juga menegaskan, PKS tidak pernah menganggap ataupun menjadikan Soeharto sebagai pahlawan.
Namun, Sekjen PKS Anis Matta membantahnya. Iklan itu menurutnya sesuai dengan konsep semula dan dibuat dalam rangka rekonsiliasi bangsa. Perbedaan pandangan soal iklan itu menurut pengamat pilitik dari LIPI, Lili Romli, merupakan awal keretakan di tubuh partai itu.
“Ini menunjukkan ada keretakan. Kedua petingginya tidak satu pandangan. Kalau dibiarkan bisa menjadi keretakan serius bagi PKS,” ujar Lili Romli, Kamis (13/11). Lili menyayangkan dibuatnya iklan Soeharto sebagai pahlawan. Menurut dia, di saat rakyat Indonesia masih belum bisa melupakan kesalahan Soeharto, PKS justru menganggap Soeharto sebagai pahlawan.
“Ini malah kontraproduktif bagi PKS. Di saat orang lagi semangat meminta semua tindakan Soeharto yang dianggap korupsi untuk diusut, malah PKS mengiklankan,” kata Lili. Dengan membuat iklan itu, lanjut Lili, PKS malah tampak mencitrakan dirinya sebagai partai oportunis. “Dengan pasang iklan itu, tidak menunjukkan PKS pluralis, justru oportunis dan pragmatis,” jelas Lili.
Lantas apa yang harus dilakukan PKS? “Kalau sudah diiklankan dan sudah selesai tayang, susah klarifikasi karena iklan sudah keluar. Tapi bagaimana agar dampak iklan tersebut tidak menghancurkan PKS, itu yang harus segera diantisipasi,” tandasnya.
Terhadap penilaian pengamat bahwa ada keretakan terkait silang pendapat petinggi PKS mengenai kontroversi iklan yang menampilkan Soeharto sebagai pahlawan itu, PKS mengakui memang ada perseteruan internal namun juga ditegaskan kalau partai itu tetap solid.
“Itu persoalan teknis. Sudah selesai sebenarnya. Karena memang gelar kepahlawanan itu ditentukan presiden,” ujar Ketua Fraksi PKS, Mahfudz Siddiq, Kamis.
Sedangkan Wasekjen PKS, Fahri Hamzah, menilai perseteruan Tifatul dan Anis Matta itu hanya masalah perbedaan pernyataan saja. Ia membantah ada keretakan di tubuh PKS. (war/wan-dn)

No comments: