18 Jan 2011
PERNYATAAN sejumlah tokoh agama mengenai kebohongan pemerintah merembet kemana-mana. Bekas Menko Perekonomian di era Gus Dur, Rizal Ramli, yang dikenal sangat anti-pemerintah, seperti mendapat suntikan energi. Kemarin, dia mengklaim mengumpulkan sekitar 100 tokoh kritis di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta Pusat.
Siapa sajakah mereka? Rakyat Merdeka menyaksikan, yang dimaksud tokoh kritis itu, ternyata bukan para petinggi partai atau politisi di top level. Antara lain. Yudhi Crisnan-di (Hanura), Fuad Bawazir(Hanura). Mahfudz Siddiq (PKS), Effendi
Khoiri (PKB), Firman Jaya Daeli(PDIP). dan Permadi (Gerindra). Selain mereka, ada sejumlah mahasiswa dari HMI dan GMNI Dari
Akademisi ada Revrisond Baswir, sedangkan dari LSM ada Hariadi Darmawan, Yudi Latief, Indra J Piliang dan Adhie Massardi. Yang agak mencolok adalah kehadiran bekas Kasad Jenderal Purn Tyasno Su-darto. Dia hadir di situ sebagai pribadi dan anggota dari Gerakan Revolusi Nurani (GRN) yang dipimpinnya.
Tema acaranya memang membakar semangat. Meniru semangat yang diusung pejuang kemerdekaan. Yaitu, 2011 tahun Kebenaran; Pertemuan Meja Bundar Tokoh Pergerakan. Aktivis mahasiswa yang hadir di situ bahkan merasa, pertemuan itu sudah selevel dengan forum BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), yang merumuskan kemerdekaan dan konstitusi Indonesia.
Suatu kiasan yang menggambarkan, seolah-olah Indonesia saat ini berada di masa penjajahan.
Acara dimulai jam 10 pagi, acara baru selesai jam 1 siang. Membuka pembicaraan. Rizal Ramli langsung nge-gas. Dia mengatakan, sudah saatnya tokoh pergerakan berani menyatakan kebenaran dan membongkar berbagai kepalsuan dan kebohongan yang dilakukan pemerintah
"Enam tahun lewat, tahun penuh pencitraan dan bungkus palsu tanpa prestasi menonjol Pemerintah hanya sibuk mengkampanyekan keberhasilan dan peningkatan PDB (produk domestik bruto) serta indikator-indikator finansial. Makanya, man kita lawan semua kebohongan dan citra palsu. Mari kita menyatakan kebenaran." teriaknya.
Yang cukup menyengat adalah ucapan Tyasno Saat didapuk bicara, dia menyebut pemimpin negeri ini dengan kata-kata kimunajat alias khianat. munafik dan bejat Tyasno terang-teranganmendukung dilakukannya revolusi. Revolusi terhadap sistem rezim. "Itu harus ditempuh. Tidak ada kata lain adalah revolusi." ucapnya.
Dia lalu memaparkan arti kimunajat itu. Tyasno sedih dengan sikap para pemimpin yang tidak memegang prinsip-prinsip Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. "Seharusnya pejuang dan nasionalis lahir dan berjuang untuk melindungi rakyat. Sekarang justru malah melawan dan menindas rakyat. Ideologi negara diganti dengan neoliberal. Ini yang disebut khianat," jelasnya.
Menurut dia. bila pemerintah melakukan pengkhianatan. TNI wajib memperingatkan atau bila tidak bisa, maka diturunkan. "Itu hakikat TNI Aktivis dan tokoh-tokoh pergerakan jangan ragu-ragu. TNI akan berpihak pada rakyat," ujar dia. Setelah menyampaikan kalimat-kalimat keras itu. Tyasno meninggalkan ruang pertemuan.
Meski temanya berat, namun, acara penemuan ini jauh dan serius. Saat pembicara mengemukakan pandangannya, ada teriakan revolusi bersahutan. silih berganti. Namun, tidak jarang para peserta juga ketawi-ketiwi bahkancekakakan. Apalagi, kalau ada pembicara yang melontarkan sindiran kepada pemerintah dengan kata-kata mengejek dan kotor.
Mendapat kesempatan bicara. Mahfudz Siddiq. politisi PKS mendongeng kisah kucing dan tikus. Dia ingin mengibaratkan bahwa seringkali, orang-orang yang mengkritik pemerintah hanya bisa teriak, tapi tak ada aksinya.
Dongeng Kucing dan Tikus, kata Mahfudz cukup tenar di kalangan per santren. Yaitu tentang para tikus yang ingin mengalahkan kucing karena kucing suka mengancam dan mengambil makanan para tikus Suatu waktu, kata Mahfudz, para tikus itu berunding untuk mengatasi gangguan tikus yang selalu menzoliminya.
"Berbagai pendapat dan usul dikemukakan. Dan hasil perundingan itu.npara tikus bersepakat untuk menghindari gangguan kucing, maka kucing itu harus dikalungi lonceng. Sehingga saal kucing itu mendekati mereka, bisa ketahuan oleh tikus dan suara lonceng-nya. sehingga para tikus bisa menghindar," katanya.
Semua tikus, langsung menyatakansetuju dengan ide cemerlang itu. Tapi, lanjutnya, kemudian seekor tikus yang sedan tadi berdiam din lalu bertanya, siapakah tikus yang berani mengalung-kan lonceng itu ke leher sang kucing?
"Mungkin Rizal Ramli (deklarator acara 100 tokoh) tahu siapa figur yang dapat mengalung) lonceng itu," kata Mahfud.
Di akhir pertemuan. Rizal Ramli ditanyai kapan revolusi akan dilakukan? Dia cuma menyebut. "Waktunya akan terjadi."
Pernyataan ini diledek sebagian peserta yang hadir "Harusnya ada keputusan yang konkret dong." kata dia. Ada lagi peserta yang bcrtenak sambil tinggalkan ruangan. "Revolusi, revolusi gagal lagi." tenaknya meledek
Sebagian peserta menyetujui Jenderal Purn Tyasno Sudarto didapuk sebagai Ketua Dewan Revolusi untuk memfollow up pertemuan tersebut menjadi gerakan yang lebih konkrit Tapi, temyaia Tyasno menolak posisi tersebut
"Saya tidak setuju dibentuk Dewan Revolusi. Untuk apa Dewan Revolusi0" tanya Tyasno kepada detikcom. Alasan dia, gerakan itu dibentuk dengan alasan dan tujuan tidak jelas. USU
No comments:
Post a Comment