Minggu, 20 Februari 2011 20:17 WIB
Penulis : Edna Agita Merynanda Tarigan
Wakil Sekjen PKS Mahfudz Siddiq--MI/Ramdani/ip
JAKARTA--MICOM: Pemanggilan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan suap cek perjalanan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGSBI) tahun 2004 yang dimenangi Miranda S. Goeltom dianggap berlebihan.
Wakil Sekjen Partai Keadilan Sejahtera Mahfudz Siddiq berpendapat, dengan pemanggilan itu, KPK bisa dituding mencari sensasi oleh masyarakat.
"Memanggil Megawati itu berlebihan. Jangan-jangan nanti KPK dituding orang mencari sensasi," ujar Mahfud saat dihubungi, Minggu (20/2).
Terkait dengan penyelesaian kasus cek perjalanan itu, Mahfudz menilai KPK harus mengungkapkan pihak-pihak yang berkepentingan pada fit and proper test pemilihan DGSBI kala itu. "Bukan hanya kurir suapnya, tapi juga pemberi suap," ujarnya.
Karena itu, menurut Mahfudz, Mega sebagai saksi tidak harus datang memenuhi undangan KPK. Apalagi, Mega merupakan saksi tidak langsung dari kasus ini.
Secara terpisah Juru Bicara KPK Johan Budi membantah tudingan KPK mencari sensasi melalui pemanggilan Ketua Umum PDIP itu. (OL-5)
1 comment:
KAKEK KITA ADAM AS, PERNAH DITIPU IBLIS LA'NATULLAH
Assalamu'alaikum
Syeik Ibnu Katsir menceritakan dalam Qishash Al Anbiya' tentang kakek kita Adam As yang ditipu oleh Iblis la'natullah. Sehingga beliau mendekati dan memakan buah dari Pohon yang dilarang Allah SWT. Yang selanjutnya kita semua berada di bumi ini.
Salah satu isu jahat yang dihembuskan oleh Iblis La'natullah adalah :
"..hal adulluka 'ala syajaratil khuldi wa mulkin laa yabla.."
( QS Thaha : 120 )
Ibnu Katsir menafsirkan Pohon Khuldi sebagai pohon yang jika engkau memakannya, maka engkau akan mendapatkan kekekalan pada kenikmatan yang telah engkau rasakan.
Dan engkau senantiasa meraih kerajaan yang tidak akan binasa. Begitu isu dalam bisikan jahat Iblis.
Apakah ini kisah lalu yang tak ada relevansinya dengan masa dimana PKS meraih 57 kursi DPR RI & 4 kursi mentri kabinet ?
Sesungguhnya, isu jahatnya Iblis La'natullah ini, secara halus berulang di era ustadz kami Mahfudz Siddik yang sedang berkiprah di DPR RI.
Isu jahat itu telah ber-metamorfosis menjadi bujukan : menghimpun dana dari success fee "pengawalan" mata anggaran yang diperoleh dari kalangan pengusaha atau pemerintah daerah. Atau pensuksesan pembuatan UU yang menguntungkan kelompok kepentingan.
Demi kelanggengan "kesejahteraan" keluarga dan demi keberlanjutan kekuasaan sebagai alat da'wah. Demianlah isu jahat Iblis yang kembali berulang pada anak-anak Adam As.
Ini menghasilkan sikap yang tak kritis terhadap kebijakan anggaran defisit, Pemerintah RI. Sehingga Tak ada yang mengkoreksi "Besar pasak dari pada tiang". Tak ada yang menghentikan kebiasaan negara berhutang, setiap tahunnya.
Semoga Allah SWT, tak menghilangkan surga ketentraman di sanubari kader da'wah. Tak membuka aurat bathin, sehingga menggerakkan syahwat pemberontakan terhadap kebijakan da'wah saat ini.
Wallahu a'lamu...
Post a Comment