Wednesday, December 01, 2010

SBY Dituding Punya Persoalan dengan Sultan

NASIONAL - POLITIK
Selasa, 30 November 2010 , 08:28:00


JAKARTA – Politisi PDIP Arif Wibowo menduga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki persoalan pribadi dengan Sultan Hamengku Buwono X, sehingga terkesan SBY ingin menggusur posisi Sultan sebagai Gubernur Jogjakarta. Kesan itu tampak jelas dari kengototan pemerintah mengubah sistem pemilihan Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta dari penetapan menjadi pemilihan langsung melalui Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK) Jogjakarta.

”Saya kira ini dampak dari konflik pribadi Presiden SBY-Sultan Hamengku Buwono X. Mestinya konflik pribadi ini tidak dibawa ke arena yang lebih luas, selesaikan saja secara pribadi di antara keduanya,” kata anggota Komisi II DPR ini, Senin (29/11).

Seperti diketahui, saat membuka Sidang Kabinet Terbatas Jumat (26/11), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kembali menegaskan RUU Keistimewaan Jogjakarta harus memikirkan aspek demokrasi. Sebab saat ini sudah tidak mungkin lagi melanjutkan sistem monarki.

Menurut Arif Wibowo, pernyataan SBY itu tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat Jogjakarta yang masih memandang figur Sultan HB X sebagai pimpinan mereka. ”Kalau pun pemilihan langsung digelar di Jogjakarta, saya yakin Sultan akan terpilih lagi,” katanya.

Wakil Ketua Komisi II DPR Ganjar Pranowo juga mengaku tergelitik melihat sikap SBY yang terkesan hanya menyoroti proses pemilihan kepala daerah DIY semata. Padahal, sebagaimana tertulis dalam pasal 18A ayat 1 UUD 1945, kekhususan dan keragaman ini juga yang melandasi diberlakukannya hukum syariah di Aceh, otonomi khusus Papua, dan ditunjuknya Walikota di Provinsi DKI Jakarta.

”Ini ada hubungan apa kok presiden bersikap seperti ini kepada Sultan? Mestinya presiden sebelum mengatakan itu panggil saja Sultan, panggil saja Paku Alam, panggil saja pakar politik, panggil saja elemen masyarakat Yogya, biar presiden mengerti. Ada apa dengan presiden?” kata Ganjar yang juga politisi PDIP.

Sementara itu, Mahfudz Siddiq dari PKS meminta Sultan HB X tidak terlibat dalam kepentingan partai polilik tertentu. Sultan itu harus berdiri di atas semua kepentingan golongan, kelompok dan warga di Yogyakarta. ”Kami setuju penetapan Sultan sebagai Gubernur Jogjakarta tanpa harus melalui pemilihan langsung. Dengan syarat, dia tidak menjadi pengurus atau pimpinan partai politik mana pun,” kata mantan Ketua Komisi II DPR itu. (dri)

4 comments:

Anonymous said...

Assalamu'alaikum.

Duhai, Allah - Raja yang Welas Asih...

Alangkah indahnya da'wah ini, sekiranya seorang ustadz - pengurus dpp pks, lebih mementingkan perbaikan jalan rusak. Yang sehari-harinya dilalui beliau dan semua warga pemilihnya.

Ketimbang membeli nomor polisi pilihan mobil barunya. Yang merupakan inisial / singkatan namanya...

Betapa gagahnya da'wah ini, para ustadz - anggota legislatif - bermusyawarah, menyusun rencana, menghimpun kekuatan. Demi menghentikan kemunkaran yang dilakukan sebuah Yayasan dekat rumah. Yang secara masif melakukan penipuan kepada masyarakat.

Duhai, Allah - Raja Maha Sabar dan Luas Ampunan-Nya. Semoga Engkau tak cepat menggantikan da'wah ini dengan generasi baru. Dimana Engkau lebih cinta mereka dan mereka lebih cinta pada Mu.

Anonymous said...

bagaimana sby menyelesaikan kisruh sultan ? Dimana publik condong membela sultan ?

Suruh saja semua sultan/raja dinusantara, menuntut jadi gubernur. Dijamin rakyat tertawa, dan membela sby lagi.

he.he..he...

Anonymous said...

TAKTIK NATURALISASI PSSI, PATUT DITIRU PKS

Ditengah bencana alam yang susul menyusul - atas Kehendak Raja Penguasa Semesta Alam. Diantara kegaduhan terus menerus pertarungan politik petinggi negeri ini. Alhamdulillah, rakyat disuguhkan kemenangan berturut-turut kesebelasan sepakbolanya.

Kemenangan instan tsb, tak luput dari taktik yang diterapkan PSSI : Naturalisasi beberapa pemain asing. Dimana pemain asal belanda (masih berdarah indonesia) dan kolombia diberi kewarganegaraan RI. Sehingga berhak menjadi pemain PSSI.

Hasilnya, lumayan menghibur penggemar sepakbola negeri ini. Yang sebelumnya lama, tak peroleh prestasi.

Tidakkah, PKS tertarik meniru taktik ini ?

Sudah lama disadari, tak semua sektor bisa di kuasai kader da'wah PKS. Terbukti, ketika PKS mendapat amanah departemen Kominfo, Pertanian, Ristek dan Sosial. Sebagian besar kader da'wahnya tak siap dengan rencana program dan pelaksanaannya.

Tanpa rencana program dan pelaksanaan dari kader da'wahnya, PKS tak efektif memanfaatkan departemen yang dikuasainya untuk kemaslahatan da'wah. Penyebaran kesejahteraan ummat lebih luas atau penguatan basis konstituennya.

Kader da'wah PKS, yang piawai dalam pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan program sosial lainnya. Tak cukup mewarnai rencana program Dep Sos. Apa tah lagi departemen lainnya.

Taktik "naturalisasi" patut dipertimbangkan PKS. Ketika, kader da'wah PKS tak kuasai sektor pertanian, banyak kader da'wah jama'ah islam lainnya yang kuasai teknik pengelolaan lahan dan penanaman organik dengan biaya produksi lebih rendah. Yang mengerti Memodifikasi sarana dan mesin pertanian yang lebih maju dengan teknologi tepat guna. Paham akan pengorganisasian dan pemberdayaan para petaninya.

Kelompok jama'ah lain, kadernya punya keahlian dibidang energi mandiri skala desa. Mulai pembangkit listrik modifikasi sederhana, pembangkit bio organik, kompor hemat energi berbahan bakar sampah organik sampai penelitian konverter air sebagai energi alternatif.

Lainnya, punya kader yang mengembangkan pengolahan Tepung dan Pati dari umbi-umbi dengan kombinasi teknik mikrobiologi dan elektro fisika. Hasilnya, bisa menggantikan proses konvensional yang mahal dan tinggi investasi. Dan masih banyak contoh lainnya.

Ketika ditanya kepada kader da'wah PKS, bidang pemberdayaan ekonomi, apa visi, misi dan tujuannya ?? Tak ada jawaban yang jelas. Apalagi diminta menyusun rencana program dan pelaksanaan sumber pendanaan dan kegiatan ekonomi berbasis pengembangan konstituen di daerah.

Sekali lagi, akan lebih bijaksana sekiranya PKS mempertimbangkan taktik "naturalisasi". Demi akselerasi pencapaian tujuan da'wah : mensejahterakan ummat manusia negeri ini.

Dengan merangkul kader-kader da'wah Jama'ah Islam lainnya. Dan menyatukannya dibawah kibaran panji-panji da'wah...

Anonymous said...

MEMANG SEHARUSNYA PERJALANAN KELUAR NEGERI UNTUK TUJUAN MERAIH FADHILAH ALLAH SWT

Assalamu'alaikum.

Selepas shalat jum'at, Allah SWT - Raja Pemilik Penjuru Bumi dan Langit, memerintahkan ummat Islam agar :

"..fantasiruu fil ardhi.."
bertebaranlah/berkelanalah/pergilah kalian sejauh-jauh penjuru bumi,
"..wabtaghuu min fadhlillahi.."
dan gapailah/raihlah fadhilah Allah SWT.
QS, surat Aljum'at

Sudah sepantasnya, bangsa yang besar ini, mendanai para wakilnya untuk pergi berkelana, menjumpai dan belajar dari bangsa lainnya. Hasil interaksi dengan bangsa dibelahan lain bumi Allah ini, diharapkan Allah menurunkan rahmat Fadhillah-Nya. Sehingga bangsa ini mencapai kemuliaannya.

Sejarah membuktikan, hasil pengelanaan dari asia tenggara hingga ke jazirah selama 6 tahun, Prabu Borosngora (640-715 m) - raja Panjalu-Ciamis memperoleh fadhilah Allah berupa hidayah Islam.
Pertemuan yang membahagiakan dengan Ali Karomallahu Wajhahu RA, menyebabkan dia berjanji setia untuk berda'wah di tanah jawa (barat) dan bumi nusantara.

Saat Prabu Borosngora kembali ke Panjalu dan naik tahta, serentak rakyatnya menyatakan keislamannya. Dan selepas turun tahta, beliau berda'wah selama 3 windu. Mulai dari Ciamis-Tasikmalaya-Banjar-Garut. Kemudian menyusuri : Garut selatan-Cianjur-Sukabumi-Bayah-Pandeglang. Kemudian menyeberang : Lampung-Riau-Melayu-Kalimantan.

Kini warga Panjalu bangga, dengan sejarah keislaman mereka. Sebagai pelopor Islam di nusantara. Demikianlah Fadhilah Allah untuk warga Panjalu dan bangsa ini.

Memang tak sepantasnya ustadz-ustadz kami, yang menjadi wakil kami di DPR RI, melenceng niat dari tujuan menggapai Fadhilah Allah. Manakala mereka berpergian ke luar negeri (studi banding). Yang dibiayai dari keringat ummat.

Semoga Allah SWT, menguatkan hati ustadz-ustadz kami. Sehingga akal sehatnya tak dikalahkan oleh syahwat
pelesiran/hiburan atau sekedar mengumpulkan receh SPJ.