Minggu, 26 Desember 2010
Penulis : Anata Syah Fitri
JAKARTA--MICOM: Ketua Fraksi Partai Kedilan Sejahtera DPR, Mustafa Kamal, menyatakan, masih banyak hal yang perlu diperbaiki dalam koalisi Sekretariat Gabungan (Setgab) memerlukan banyak perbaikan.
Menurutnya diperlukan evaluasi yang menyeluruh untuk memperjelas wujud Setgab. Evaluasi itu masalah mencakup manajemen, kepemimpinan, dan kerangka kerjasama politik yang lebih jelas dalam tubuh Setgab.
"Dalam rangka refleksi akhir tahun PKS, kami meberi masukan pada Setgab agar jangan reaksioner, melainkan visioner, dialogis, dan antisipatif," ujar Mustafa, Minjggu (26/12).
Mustafa mengakui proses pembahasan dalam Setgab seringkali tidak utuh substansinya sehingga melahirkan hasil yang tidak optimal. Berbagai perbedaan pendapat pun seringkali menghasilkan ketidakpuasan dari masing-masing anggota koalisi pendukung pemerintahan SBY-Boediono tersebut.
"Yang diperlukan paling penting adalah kedewasaan untuk melihat proses politik yang setara. Setgab tidak dibangun untuk menyatukan pendapat secara cepat, bukan untuk penyeragaman," tegas Mustafa.
Terkait perbedaan antar anggota koalisi tentang syarat peserta pemilu dalam RUU pemilu, Mustafa mengatakan, PKS masih terbuka untuk pembahasan lebih lanjut dengan Setgab. Mengenai kenaikan Parlimentary Treshold, Mustafa mengatakan, pada prinsipnya PKS setuju dengan kenaikan PT dalam rangka peningkatan kualitas pemilu. Namun ia mengatakan, PKS belum menyepakati angka tertentu karena fraksinya tersebut memilih untuk menyerahkannya pada dinamika politik yang ada.
PKS punh menyambut baik adanya terobosan-terobosan konsep sistem pemilu dari berbagai pihak. Terkait sistem liga partai sebagai solusi penyederhanaan partai yang ditawarkan oleh Penasehat Senior Kemitraan, Ramlan Surbakti, PKS menyatakaan terbuka untuk menerima masukan tersebut selama hal tersebut sejalan dengan sistem multi partai sederhana. (OL-3)
1 comment:
MEMAKNAI KEGADUHAN (DI SETGAB KOALISI)
Assalamu'alaikum.
Sejarah dakwah, mulai dari para Anbiya AS, Nabi penutup SAW hingga para salafus sholeh, tak lepas dari kegaduhan publik. Kegaduhan tersebut adalah respon penguasa atau kelompok kekuatan dominan atas kebenaran yang disampaikan dakwah.
Nabi Nuh AS, membuat gaduh publik ( kaumnya ) karena dakwahnya, dan mendapat hinaan karena membangun kapal penyelamat ummat, sesuatu yang di-Hidayahkan-Nya. Sejarah dikemudian hari, terbukti berpihak kepada dakwah dan kebenaran hidayah-Nya.
Nabi Ibrahim AS, membuat gaduh publik dizamannya. Setelah menghancurkan simbol-simbol kemusyrikan, sumber Kecemburuan-Nya. Dan kekuatan hujjah dalam dialog dengan penguasa saat itu. Sejarah membuktikan, kemudharatan yang disangkakan manusia akan menimpanya, berbalik menjadi keni'matan Pertolongan Allah Yang Maha Penolong dan Gagah Perkasa.
Nabi Musa AS, menimbulkan kegaduhan dizaman fir'aun mesir, meski telah menyampaikan dakwah ini dengan bahasa yang lembut dan santun. Fir'aun dan pengikutnya menyangka dakwah dapat ditumpas dengan kekuatan sihir, militer dan kekuatan lainnya. Sejarah membuktikan Allah Yang Maha Kuat dan Penyelamat, menghindarkan dakwah dan kaum Musa As dari bencana kehancuran.
Pada era dakwah terang-terangan Nabi Allah SAW, kegaduhan publik berlangsung lama. Atas kesabaran Nabi SAW dan para sabahat RA dalam dakwah, sejarah mencatat kegemilangan Islam dikemudian hari.
Ustadz-ustadz kami tercinta. Tak perlu risau atas kegaduhan yang ditimbulkan sebuah ijtihad politik. Yang bersumber dari Cahaya Terang Bashirah. Dan demi menggalang dan memadukan kekuatan ummat menjadi sebuah kekuatan dakwah yang masif.
Sampaikanlah Ijtihad dengan hujjah yang kuat dan lakukanlah dengan cara yang santun dan lembut. Bersabarlah, atas respon negatif dari kelompok dominan yang berseberangan dengan dakwah. Penuhilah syarat-syarat mendapatkan Pertolongan Allah - Raja Maha Bijaksana. Dan hindarilah segala bentuk amal yang menimbulkan bibit kecemburuan-Nya.
Semoga kegaduhan di Setgab Koalisi, berbuah manis, dengan kemenangan gilang-gemilang kekuatan ummat yang bermeta-morfosis menjadi kekuatan dakwah.
Maka, penuhilah syarat-syaratnya, wahai ustadz-ustadz kami tercinta...
Post a Comment