Friday, June 12, 2009

Monolog "Sindiran" Butet Salah Tempat

Monolog "Sindiran" Butet Salah Tempat
Okezone.com, Kamis, 11 Juni 2009 - 10:47 wib
JAKARTA - Monolog yang disampaikan oleh seniman Butet Kertaredjasa dalam deklarasi kempanye damai oleh tiga pasang capres-cawapres, kemarin, dinilai menyalahi etika karena sarat akan sindiran kepada capres tertentu.

"Kami sayangkan di deklarasi damai ada muatan acara berupa sindiran politik. Hal-hal itu sebaiknya dilakukan dalam acara kampanye," ujar Ketua Fraksi PKS Mahfudz Siddiq kepada okezone, Kamis (11/6/2009).

Menurut dia, saling sindir sebenarnya sudah sering terjadi antarlawan politik. Namun forum deklarasi kampanye damai tidak tepat untuk dijadikan aksi saling sindir.

"Perlu disampaikan teguran kepada KPU sebagai penanggungjawab acara agar tidak lepas tangan," imbuhnya.

Seperti diketahui, Butet dalam monolognya mengeritik pedas kondisi pemerintahan saat ini. Dia menyindir banyaknya utang luar negeri dan direbutnya hak paten batik dan kesenian Reog. Lalu sengketa Ambalat, masalah tenaga kerja Indonesia yang kerap disiksa oleh majikannya, serta pesawat militer yang berturut-turut jatuh hingga upaya pemberantasan korupsi yang dianggap masih tebang pilih. (lam)

SBY jadi korban 'sengatan' Butet
Waspada, Thursday, 11 June 2009 18:00 WIB
Centil, segar dan menghibur namun menyengat, itulah yang ditampilkan Butet, pada malam kampanye damai, 10 Juni. Di saat yang hadir tertawa mendengar banyolan Butet, SBY mampu menahan diri walaupun harus menekuk mukanya.

Pada malam deklarasi kampanye damai di Hotel Bidakara, Jakarta, Butet menjadi perwakilan tim kesenian dari pasangan Mega-Prabowo. Dengan gaya khasnya yang konyol namun nyenggol, Butet mengemas sindiran kepada pemerintah menjadi bahan tertawaan.

"Pemberantasan korupsi mestinya tidak boleh pandang bulu, siapa pun itu. Baik menteri, mantan menteri atau siapa pun, bukannya malah didutabesarkan," sentil Butet, terkait mantan Menkum HAM Hamid Awaluddin yang diduga terlibat kasus Sisminbakum, yang kemudian malah dijadikan Duta Besar RI untuk Rusia.

Belum puas sampai di situ, Butet menyindir lagi pesawat milik TNI yang berguguran sebelum berperang. "Kemarin ada Hercules jatuh, sampai-sampai ada anekdot di luar yang mengatakan, wah pesawat Indonesia nggak usah dipakai perang pada jatuh sendiri," ujar Butet membuat yang hadir terpingkal-pingkal.

SBY yang awalnya tersenyum akhirnya tak tahan juga. Dibombardir soal utang, direbutnya hak paten batik dan reog, blok Ambalat, pesawat hingga soal penegakan hukum yang pandang bulu membuat senyum terhapus dari wajah SBY. Matanya memandang tajam menahan kesal.

SBY masih bisa kalem, namun seperti biasa orang-orang di bawah SBY-lah yang reaktif. PKS menilai gara-gara monolog Butet, acara kampanye damai berubah menjadi acara sindir menyindir. "Sindir-menyindir silakan saja, tapi di panggung kampanye, bukan di panggung deklarasi," sesal Ketua FPKS Mahfudz Siddiq.

Namun oleh PKS, KPU yang disalahkan. Mahfudz menilai KPU harusnya dapat mengontrol semuanya, karena itu acara KPU. KPU sendiri mengaku kecolongan. Saat gladi bersih tidak ada monolog dari Butet. Meski begitu, kritikan yang disampaikan dalam acara deklarasi kampanye damai itu, dinilai KPU sebagai hal yang biasa. Apa isi monolog, menurut anggota KPU Andi Nurpati, tergantung dari penilaian masing-masing orang.

Partai Demokrat lebih keras lagi menilai monolog Butet. Monolog itu dianggap mencederai kampanye damai yang dihadiri oleh seluruh capres-cawapres. Ketua DPP PD Max Sopacua mengingatkan Butet, sebagai kontestan harusnya menyadari karyanya tidak etis disampaikan pada sebuah ajang kampanye damai yang disaksikan seluruh rakyat Indonesia. "Monolog Butet itu sebuah provokasi murahan," ketus Max.

Max tak mempersoalkan dari mana naskah monolog Butet itu dibuat, entah itu karya Butet, atau pesanan dari PDIP. Dari mana pun itu, Max menilai tidak perlu ditampilkan dalam ajang kompetisi yang sehat.

Namun Tim Sukses Mega Pro, Fadli Zon memprotes jika monolog Butet dinilai tidak memahami seni. Sebab monolog tersebut hanya rangkaian seni yang diminta KPU. Yang disampaikan Butet pun dinilai bukan mengada-ada, melainkan fakta dan kebenaran. "Kalau merasa tersinggung berarti itu memang benar," sindir Fadli Zon.

Peneliti LSI Burhanuddin Muhtadi juga menyayangkan protes yang dilayangkan kubu SBY. Seharusnya mereka tenang menanggapi monolog Butet. Sebab masyarakat bisa menilai bahwa Butet hanya disewa oleh kubu Mega. Jika reaktif, malah bisa terlihat bahwa SBY adalah tipikal orang yang tipis kuping.

Butet sendiri yang menjadi pemeran utama di monolog tersebut juga merasa tidak menyindir SBY, bukan juga melakukan propaganda kepada khalayak ramai. Monolog yang ditampilkannya hanya sebuah refleksi dari fakta yang sebenarnya dirasakan oleh rakyat.

Fakta yang disampaikannya pun disebutnya sama seperti yang dilansir di media. Tidak ada pesanan dari kubu Mega Pro. Malah Megawati tidak tahu isi monolog Butet sebelum tampil di panggung. "Kalau ada yang tersengat oleh itu, ya bukan urusan saya," ceplos budayawan yang berperan menjadi 'SBY' di parodi politik Republik Mimpi.

Butet menilai monolog itu hanya akting saja. Dia percaya politisi saat ini sudah dewasa. "Aktingnya bagus, seolah-olah teraniaya, ya mungkin bisa menang lagi," cetusnya santai.

5 comments:

Anonymous said...

Assalamualaikum

Sy kira monolog butet wajar2 saja. Dan tempatnya justru cocok, agar para capres tidak lupa kalau sudah jadi presiden apa yg dijanjikan. Monolog butet itu mencerminkan bahwa masih banyak yg tidak puas sama kinerja pemerintah. Knapa SBY jd tersinggung??, hrsnya berterima kasih krn masih ada yg mengingatkan, toh JK yg juga wapres tidak tersinggung, lapang dada menerimanya. Harusnya semua pemimpin lapang dada dengan kritik yg memang sesuai fakta dilapangan, kecuali kritiknya tidak brdasarkan fakta. Kl seseorang tdk mw lg menerima kritik itu berarti udah ada bibit arogansi didirinya.

Wassalamualaikum wr wb

Anonymous said...

Assalamu'alaikum

Dear my beloved ustadz...

Sangat sulit rakyat biasa seperti Butet, dapat momen langka : menasehati para Pemimpin negeri ini.

Jangan lantaran telah berkoalisi dengan Capres itu, dikau berkeberatan sama orang yang ingin menunaikan "amar ma'ruf nahi munkar". Melalui apresiasi seninya.

Meski Butet terkesan mendapat sponsor dari Capres lain. Sekiranya itu adalah kebenaran, yang merupakan jeritan nurati rakyat, kelemahan pengelolaan kekuasaan selama ini. Jangan dikau katakan "salah tempat", demi menyenangkan tim Sukses Capres.

Dear ustadz...bijaksananya, dikau katakan : "Sekiranya Capres yang kami usung terpilih. Insya Allah, kami akan mendorongnya untuk menyelesaikan masalah ini..."

Dear ustadz...dikau adalah da'i, bukan sekedar politisi yang lebih rendah kemuliaannya...

Mahfudz Siddiq said...

Jazakallah masukannya, semoga jadi catatan amal kebaikan.
Maksudnya Alangkah lebih baiknya jika monolog yg disampaikan isinya positif dan konstruktif tentang kampanye damai, ukhuwah dan persahabatan. Masih banyak tema yg lebih akhsan.
Menyampaikan kritik juga bukan kah harus pas tempat dan momennya?.
Perbuatan baik juga harus diikuti juga dengan cara yg baik.
"amar ma`ruf nahi munkar" dgn hikmah dan perkataan yg baik...

Anonymous said...

DELAPAN ALASAN MENDUKUNG SBY- BOEDIONO

PK-Sejahtera Online: Tifatul, dalam acara deklarasi dukungan terhadap Sby-Boediono SBY-BOED di Surabaya (7/6) mengatakan dukungan pks terhadap Sby-Boediono SBY-BOED bukan pragmatis tapi sudah melalui kajian dan prosedur partai.

Ada delapan alasan PKS mendukung Sby-Boediono.

1.PKS hanya ingin koalisi dengan partai reformis. Kader-kader menolak koalisi dengan kelompok-kelompok bermental "orde baru"
SBY pro perubahan.

2. sudah banyak hasil dicapai lebih baik seperti keamanan, ekonomi, swasembada pangan, bantuan orang miskin, pemberantasan korupsi dan lainnya.

3.Pengalaman pilkada: PKS tidak ingin lagi sekadar jadi kuda tunggangan partai-partai yang tidak reformis. Di beberapa pilkada, PKS sudah berjuang habis-habisan, setelah itu ditinggal. PKS tidak ingin ditipu lagi.

4. Pengalaman koalisi 2004-2009: Pada pilpres 2004, koalisi PD, PKS, PBB dan PKPI sukses mengantarkan SBY-JK menjadi presiden. Tetapi datang partai yg tidak berkeringat bergabung minta jatah di kabinet, lalu ingin menggeser PKS dari koalisi.

5.Keputusan Majelis Syuro PKS: Koalisi dengan SBY merupakan hasil Majelis Syuro PKS ke XI. MS sebagai lembaga tertinggi partai telah memberikan legitimasi kuat untuk koalisi.

6. Aspirasi konstituen : Lebih dari 70 % ader menghendaki PKS berkoalisi dengan SBY dan PD.

7. SBY akomodatif terhadap usulan usulan solusi bangsa

8. SBY disukai dan didukung oleh rakyat: Terbukti tingginya dukungan rakyat dalam survey.

Acara berlangsung pukul 09.00 hingga tengah hari. Hadir dalam acara tersebut, Mayjen (P) Imam Utomo, korwil pemenangan SBY - Boediono Jatim, korwil Jatim-Bali PKS Ir. Sigit Susiantomo, Ketua DPW PKS JAtim, Ja'far, Suripto SH dan perwakilan partai-partai pengusung koalisi.

TIfatul bertekad mengoptimalkan mesin PKS. "Target PKS, insya Allah dapat menyumbang dua kali lipat perolehan suara pemilu legislatif lalu" Pungkasnya.

***Komentar: Bukannya dulu PKS ya minta rekonsiliasi nasional. Saat itu pas ane pernah nonton TV di TVOne...ada anis matta dgn gagah dan berapi-api bilang : Kita itu harus melakukan rekonsiliasi, kalau mau membangun bangsa...lupakan dendam itu...dst

Koq sekarang jadi menolak orba lagi ?
Bener-bener sudah nggak punya rasa malu utk menjilat ludah sendiri didepan umum.

Anonymous said...

Bagi saya, "monolog sindiran" Butet berhasil membuka kembali memori publik, tentang masalah yang menimpa bangsa selama ini. SBY atau JK tak perlu risau, bahwa "monolog" Butet mempengaruhi upaya pencitraan dimata masyarakat.

Masyarakat non-perkotaan dan kurang terdidik tak terlalu hirau dengan "monolog" Butet. Memori mereka lebih mudah mencerna jingle iklan semacam "indomie" atau iklan "sekolah gratis" Depdiknas.

Masyarakat perkotaan dan terdidik, lebih melihat bagaimana reaksi SBY atau JK terhadap "monolog" Butet. Sekiranya, pensikapan yang diambil berupa "permohonan maaf". Disertai janji menyelesaikan daftar masalah bangsa dalam "monolog" Butet. Masyarakat pemilih akan lebih bersimpati.

Dalam perspektif da'wah, "Monolog" Butet bernuansa "amar ma'ruf nahi munkar". Menurut saya, Butet tak keluar dari koridor Hikmah serta penyampaian substansi jauh dari perkataan buruk.

PKS sebagai Parpol pengusung misi da'wah, hendaknya mendorong anak bangsa untuk mengembangkan keberanian menyuarakan kebenaran. Yang bersumber dari ketulusan, minus kepentingan yang merusak.

Saya mendukung ustadz, untuk mempertahan jatidiri dan misi PKS. Sebagai da'i yang sedang berda'wah diranah politik.
Selamat Berjuang !!!