Tuesday, March 03, 2009

PKS Dikabarkan Terbelah

03 Maret 2009
PKS Dikabarkan Terbelah

* Kubu Tifatul Vs Anis Matta

SM
JAKARTA - Selama ini Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai sebagai satu-satunya parpol besar yang tetap kompak. Namun, saat Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) mendatangi markas PKS, mengapa Sekjen DPP PKS Anis Matta tidak tampak? Ada kabar PKS juga terbelah menjadi dua, yakni kubu Presiden PKS Tifatul Sembiring dan Anis Matta.

Namun, perpecahan di tubuh PKS ini tidak sebesar PKB atau parpol lain. Benih perpecahan ini dipicu oleh rebutan pengaruh masing-masing kubu yang mempunyai kepentingan langsung terhadap capres dan cawapres yang akan diusung PKS pada Pilpres 2009 nanti. “Memang PKS tampaknya ada dua kubu yang dimotori oleh Anis Matta di satu pihak dengan Tifatul dan Dr Hidayat di pihak yang lain,” kata sumber di DPP PKS, Senin (2/3).

Menurut sumber yang memiliki peran penting di DPP PKS ini, kubu Anis Matta didukung oleh Wasekjen DPP PKS Fahri Hamzah dan kekuatan lain di internal PKS yang saat Pilpres 2004 lalu mendukung Wiranto. Sementara kubu Tifatul dan Hidayat didukung oleh kekuatan kader PKS yang dulu memiliki jaringan di BEM, seperti Zulkieflimansyah.

“Anis Matta didukung Fahri Hamzah cs yang dulu berpihak pada Wiranto. Kini mereka menemui lawan kuat karena Tifatul dan HNW (Hidayat Nur Wahid-Red) didukung kader-kader muda progresif macam Dr Zulkieflimansyah dan mantan-mantan aktivis BEM,” papar sumber tersebut.

Perpecahan dua kubu di internal PKS yang sempat merebak sejak pertengahan 2007 ini semakin menguat saat Hidayat dilirik JK sebagai cawapres. Kubu Anis tidak setuju dengan pencalonan Hidayat baik sebagai capres atau cawapres, meski sebelumnya Anis menyatakan PKS mendukung pasangan JK-Hidayat. Konon, Anis memiliki calon sendiri yang saat ini masih belum diluncurkan.
“Kubu Anis Matta dan Fahri memang nggak setuju kalau HNW yang jadi capres atau cawapres, sedang Tifatul dan kubu Zulkieflimansyah maunya HNW yang dicapres dan cawapreskan. Ini sebenarnya yang merupakan masalah mendasarnya,” papar sumber tersebut meyakinkan.

Perpecahan ini, lanjut sumber itu, sempat dapat ditutupi di media massa karena kekuatan Anis lebih kuat saat itu. Namun saat kekuatan Tifatul yang didukung oleh kader-kader muda progresif yang cinta kepada Hidayat bangkit, kekuatan dua kubu ini menjadi seimbang. “Tifatul didukung oleh para senior partai seperti Untung Wahono, Shohibul Iman, Muzammil Yusuf, dan Musholli. Kubu ini lebih kuat saat kubu Zul (Zulkieflimansyah-Red) memperkuat barisan Tifatul,” pungkasnya.

Kabar perpecahan di tubuh PKS ini seakan didukung oleh fakta tak datangnya Anis Matta saat pertemuan elite PKS dengan JK di Markas DPP PKS di Mampang beberapa hari lalu. Sebaliknya, esok paginya, Anis dari Makassar menyampaikan pernyataan yang cenderung ingin merusak jalinan komunikasi PKS-Golkar yang mulai lengket.

Pernyataan Anis itu disampaikan sehari setelah pertemuan JK dengan elite PKS di Mampang, usai menjadi khatib salat jumat di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar, Jumat (27/2). Anis mengatakan bahwa PKS masih punya dua kekhawatiran. Pertama, Jusuf Kalla belum tentu serius maju sebagai capres. Kedua, Jusuf Kalla belum pasti dicalonkan oleh Golkar. Lebih dari itu, di mata Anis figur JK masih kalah populer dibandingkan tokoh Partai Golkar lainnya, seperti Sri Sultan Hamengku Buwono X. Hal tersebut terlihat dari hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga.
Membantah
Kabar perpecahan itu dibantah oleh Ketua DPP PKS Mahfudz Siddiq. “Tidak ada. Kalau ada kubu-kubuan tidak jelas ukurannya apa, apakah ada dua DPP atau dua mazhab? Kan tidak ada,” ujar Mahfudz Siddiq, Senin (2/3).

Dia membantah bila dikatakan ketidakhadiran Anis Matta karena tidak sepakat dengan wacana PKS yang akan berkoalisi dengan JK. Ketua DPP PKS Bidang Kesra Mushalli juga membantah partainya sedang mengalami masa-masa sulit akibat perpecahan dua kubu. Yang benar, lanjutnya, PKS sedang mengalami dinamika politik yang masih wajar.

Menurut dia, semua keputusan akhir dari perbedaan pendapat tersebut akan diselesaikan di meja Majelis Syuro PKS. Bantahan keras juga disampaikan Anis Matta. Menurut dia, hingga saat ini PKS adalah partai yang paling solid. “Tidak ada (perpecahan). Sampai saat ini PKS adalah partai yang paling solid, PKS terlalu sulit untuk dipecahkan,” kata Anis, kemarin.

Mantan aktivis dakwah ini menduga isu perpecahan dirinya dengan Tifatul Sembiring sebagai upaya untuk merusak dan menghancurkan partainya. Selain itu, bukan tidak mungkin isu itu dihembuskan sebagai bagian dari kampanye hitam bagi partainya.

Anis mengaku tidak hadir dalam acara penting pertemuan JK dan elite PKS beberapa waktu lalu karena sedang mempunyai acara lain. “Saya sedang ada acara di tempat lain. Sekarang semua lagi sibuk ke daerah,” katanya.

Ketua Dewan Pertimbangan Partai DPW PKS DI Yogyakarta Sukamto meminta DPP PKS kompak soal capres dan cawpres. (dtc-62)

Soal Capres, Tifatul-Anis Beda Pendapat
TRIBUN TIMUR

Selasa, 3 Maret 2009 | 02:52 WITA

Jakarta, Tribun - Pascakedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla ke markas DPP PKS, petinggi partai yang dikenal solid ini dinilai terpecah. Isu itu menyusul ketidakhadiran Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta dalam acara itu.

Benih perpecahan tersebut disebut-sebut dipicu oleh rebutan pengaruh masing-masing kubu yang mempunyai kepentingan langsung terhadap calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan diusung PKS pada Pilpres 2009 nanti.
"Memang PKS nampaknya ada dua kubu yang dimotori oleh Anis Matta di satu pihak dengan Tifatul (Presiden PKS Tifatul Sembiring) dan Dr Hidayat di pihak yang lain," kata seorang petinggi DPP PKS yang enggan disebut namanya seperti dilansir detikcom, Senin (2/3).
Menurut sumber yang memiliki peran penting di DPP PKS ini, kubu Anis didukung Wasekjen DPP PKS Fahri Hamzah dan kekuatan lain di internal PKS yang saat Pilpres 2004 mendukung Wiranto. Sementara kubu Tifatul dan Hidayat didukung oleh kekuatan kader PKS yang dulu memiliki jaringan di BEM seperti Zulkieflimansyah.
"Anis didukung Fahri Hamzah cs yang dulu berpihak pada Wiranto. Kini mereka menemui lawan kuat karena Tifatul dan HNW (Hidayat Nur Wahid) didukung kader-kader muda progresif macam Dr Zulkieflimansyah dan mantan-mantan aktiivis BEM," papar sumber tersebut.
Perpecahan dua kubu di internal PKS yang sempat merebak sejak pertengahan 2007 ini semakin menguat saat Hidayat dilirik Kalla sebagai cawapres. Kubu Anis tidak setuju dengan pencalonan Hidayat baik sebagai capres atau cawapres, meski sebelumnya Anis menyatakan PKS mendukung pasangan Kalla-Hidayat.
Konon, Anis memiliki calon sendiri yang saat ini masih belum diluncurkan. "Kubu Anis Matta dan Fahri memang nggak setuju kalau HNW yang jadi capres atau cawapres, sedang Tifatul dan kubu Zulkieflimansyah maunya HNW yang dicapres dan cawapreskan. Ini sebenarnya yang merupakan masalah mendasarnya," jelas sumber tersebut meyakinkan.
Perpecahan ini lanjut sumber tersebut sempat dapat ditutupi di media massa karena kekuatan Anis lebih kuat saat itu. Namun saat kekuatan Tifatul yang didukung oleh kader-kader muda progresif yang cinta kepada Hidayat bangkit, kekuatan dua kubu ini menjadi seimbang.
"Tifatul didukung oleh para senior partai seperti Untung Wahono, Shohibul Iman, Muzammil Yusuf, Musholli dan lainnya. Kubu ini lebih kuat saat kubu Zul (Zulkieflimansyah-Red) memperkuat barisan Tifatul," ujarnya.
Manuver Anis
Kabar perpecahan di tubuh PKS ini seakan didukung oleh fakta tak datangnya Anis saat pertemuan elite PKS dengan JK di Markas DPP PKS di Mampang beberapa hari lalu. Sebaliknya, esok paginya, Anis dari Makassar menyampaikan pernyataan yang dinilai cenderung ingin merusak jalinan komunikasi PKS-Golkar yang mulai lengket.
Pernyataan Anis itu disampaikan sehari setelah pertemuan JK dengan elit PKS di Mampang. Usai menjadi khatib salat Jumat di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar, Jumat (27/2).
Anis mengatakan bahwa PKS masih punya dua kekhawatiran. Pertama, Jusuf Kalla belum tentu serius maju sebagai capres. Kedua, Jusuf Kalla belum pasti dicalonkan oleh Golkar.
Lebih dari itu, di mata Anis figur JK masih kalah populer dibandingkan tokoh Partai Golkar lainnya, seperti Sri Sultan Hamengku Buwono X. Hal tersebut terlihat dari hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga. "Kami perhatikan hasil-hasil survei, Kalla kalah populer dibanding Sri Sultan," ungkap Anis.(bie)


DPP PKS: Tak Ada Kubu-kubuan
KETUA DPP PKS Mahfudz Siddiq membantah terjadi dua kubu di DPP PKS. "Tidak ada. Kalau ada kubu-kubuan tidak jelas ukurannya apa, apakah ada 2 DPP atau 2 mazhab? Kan tidak ada," ujar Mahfudz, Senin (2/3), seperti dikutip detikcom..
Mahfudz membantah bila dikatakan ketidakhadiran Sekjen PKS Anis Matta karena tidak sepakat dengan wacana PKS yang akan berkoalisi dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla.
"Ketidakhadiran Pak Anis karena beliau sedang ada di Makassar. Tidak ada keputusan PKS apakah akan berkoalisi dengan Golkar. Pertemuan itu hanya sebagai forum silahturahmi dan untuk mengkonfirmasi apakah benar JK akan diusung oleh Golkar nanti," kata Mahfudz.
Anggota Komisi II DPR ini mengatakan pertemuan di DPP tersebut jadi masukan yang akan dibawa ke majelis syuro. Saat ini PKS sedang fokus memperkuat basis massa di daerah.
"Energi partai saat ini sedang fokus pada memperkuat basis massa di daerah pilihan (dapil) masing-masing," jelasnya.(bie)

Akan Selesai di Majelis Syuro
KENDATI membantah ada perpecahan di iternal PKS, Ketua DPP PKS Bidang Kesra Mushalli membenarkan ada silang pendapat antara Presiden PKS Tifatul Sembiring dengan Sekjen Anis Matta soal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
"Tidak benar ada perpecahan dan ada dua kubu itu. Yang ada hanya beda pendapat. Seperti pada pilpres 2004, itu dinamika yang wajar. Kita kan kumpulan manusia," kata Mushalli, Senin (2/3), seperti dikutip detikcom.
Menurut caleg DPR RI untuk dapil Depok dan Bekasi ini, semua keputusan akhir dari perbedaan pendapat ini akan diselesaikan di meja Majelis Syuro PKS. Karena itu, wacana yang dikembangkan di antara Tifatul dan Anis tidak akan berpengaruh apa-apa jika majelis syuro berbicara lain.
"Dari dulu sampai sekarang, PKS itu selalu menjaga soliditas. Guru-guru kami mengajarkan, soliditas harus benar-benar dijaga. Soal beda pendapat biasa saja, karena semua keputusan PKS itu nanti akan diambil oleh Majelis Syuro," ujar Mushalli.(bie)

No comments: