FPKS: Sejarah Supersemar Bukan Warisan
INILAH.COM, Jakarta - Ketua fraksi PKS, Mahfudz Siddiq, berharap konflik dan kontroversi yang terjadi dalam sejarah Supersemar jangan sampai diwariskan kepada generasi mendatang. Sangat sulit untuk membuktikan mana versi surat Supersemar yang asli karena pihak-pihak terkait seperti Soekarno sudah meninggal dan Soeharto tidak pernah memberikan penjelasan terkait itu.
"Segala perbedaan kepentingan harus diselesaikan dengan musyawarah, jangan merencanakan sesuatu di belakang layar. Intrik-intrik politik sampai ekstrem kudeta harus ditinggalkan. Semua harus berdasarkan demokrasi," ujar Mahfudz Siddiq, kepada INILAH.COM, Jakarta, Sabtu (29/11).
Supersemar ini, lanjut Mahfudz, merupakan bagian dari cerita panjang sejarah Indonesia. Tidak pernah ada yang tahu bagaimana isi surat itu sebenarnya. Apakah untuk pengalihan kekuasaan atau sekadar untuk mengamankan situasi buruk saat itu.
"Bung Karno dan Pak Harto sudah meninggal. Tidak akan ada versi akhir dari konflik dan berbagai perbedaan yang ada selama ini. Kita hanya dapat dari aktor-aktor sekunder dan itu pun tetap terjadi perbedaan," ujarnya.
Mahfudz mengatakan untuk menemukan sejarah tunggal dalam arti 100% semua pihak menerima sebagai suatu referensi sangatlah sulit. Biarlah ini semua menjadi mozaik sejarah Indonesia.
"Sama dengan kasus tahun 1998, tidak ada penulisan tunggal. Wiranto, Prabowo, dan Habibie saling menulis buku. Mereka saling membantah," ujarnya.[bar/ana]
No comments:
Post a Comment