17/02/2009 07:25
Hidayat: Capres Muda Dukungan Lemah
Profil Capres 2009
Berlianto
INILAH.COM, Jakarta - Bila ada figur capres muda dari segi usia yang cukup potensial maju maka pilihan itu bisa jatuh pada Hidayat Nur Wahid. Kapabilitas dan intelektualitas dianggap lumayan mumpuni. Tetapi dukungan politik untuk maju, jalannya masih terseok-seok dan terjal.
Meski berasal dari partai berazas Islam, profil Hidayat dianggap memiliki pandangan yang lebih luas dibanding koleganya. Usia yang masih muda dan memiliki basis dari parpol dengan imej bersih adalah beberapa kelebihan yang dimiliki Ketua MPR itu. Tetapi meski menjabat institusi penting di negeri ini, tidak serta merta kualitas kepemimpinan Hidayat sudah teruji.
"Dia belum pernah terlibat dalam pemerintahan. Kalaupun sekarang memimpin MPR, ya kita sama-sama tahu apa sih kerjanya ketua MPR. Hanya melantik presiden dan wakil presiden. Itu saja," urai peneliti senior dari LIPI, Ikrar Nusa Bhakti.
Ikrar mengakui Hidayat mempunyai perhatian terhadap dunia internasional. Tetapi, masalahnya atensi itu hanya tertuju pada negara-negara timur tengah dan Islam saja. Sementara relasi dengan dunia barat, Hidayat masih belum menaruh perhatian banyak. "Dia harus berani terbuka dengan negara-negara barat. Selama ini, saat kita kesusahan negara-negara barat yang membantu sedangkan negara-negara Islam tidak," cetus Ikrar.
Dalam pengamatan Manager riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Arman Salam, Hidayat juga masih membutuhkan dukungan politik yang besar untuk maju menjadi capres. Mesin politik yang ada saat ini masih kurang optimal untuk meloloskan Hidayat berkompetisi dalam Pilpres 2009 mendatang.
"Tidak cukup seorang presiden memiliki intelektual dan personalitas. Dia harus didukung oleh beberapa sudut," papar Arman.
Belum lagi, lanjut dia, imej PKS sebagai partai Islam yang ekstrem juga cukup mengganjal Hidayat. Terlebih, akseptabilitasnya dari pemilih yang berlatar belakang suku non Jawa juga masih diragukan. "Posisinya sebagai ketua umum MPR tidak terlalu banyak mendukung. Memang dalam capres posisi ketokohan mempunyai nilai lebih tetapi tidak melulu dari hal tersebut," beber Arman.
Arman menambahkan bila Hidayat terpilih maka Indonesia akan mendapat perhatian yang lebih dari negara barat terutama Amerika Serikat. Karena, negara Paman Sam tersebut agak resisten dengan sesuatu yang bernilai Islam. "Ini tentunya terkait dengan kepentingan-kepentingan Amerika. Tapi kita tidak tahu. Mungkin saja sekarang kebijakan tersebut telah berubah setelah terpilihnya Obama sebagai presiden," ujarnya.
Ketua DPP PKS, Mahfudz Siddiq membenarkan partai Islam kerap dipandang negatif oleh dunia barat terutam AS. Hal itu dikarenakan pihak luar menganut paham politik konflik. "Yang pasti, PKS tidak menganut politik konflik," tegasnya.
"Sepanjang Hidayat menjadi ketua MPR, beliau mendapat penerimaan yang beragam baik dari negara barat maupun Islam. Beliau pernah berpidato di depan parlemen Rusia dan tanggapannya sangat baik," jelas MahfudZ.
Ia mengakui tidak pernahnya Hidayat terlibat dalam pemerintahan merupakan salah satu kelemahan. Akan tetapi, hal itu dapat dengan mudah ditutupi. "PKS akan menarik orang-orang yang berpengalaman di pemerintahan," ucap Mahfudz.
Baginya, Hidayat sudah memenuhi kriteria untuk diajukan sebagai capres. Tinta emas di partai sudah ditorehkan Hidayat dengan mengantarkan PKS memenuhi target dalam Pemilu 2004. Ia juga sudah mengantongi dukungan internal dengan menjadi salah satu capres yang diusulkan majelis syuro PKS.
"Secara kredibilitas dan kompetensi keilmuan, sudah teruji. Secara jabatan publik, sebagai ketua MPR sebuah jabatan publik membuat hidayat dikenal oleh masyarakat," kata Mahfudz.
Sah-sah saja bila banyak pihak melihat peluang Hidayat maju sebagai capres terbilang kecil. Tetapi tidak ada yang tidak mungkin. Bila target 20 persen suara PKS terpenuhi maka bukan tidak mungkin jalan Hidayat menjadi lancar. Dan 9 April yang akan menentukan usaha PKS untuk melapangkan jalan Hidayat itu.[L4]
No comments:
Post a Comment